Senin, 15 Desember 2014

LAPORAN PRAKTIKUM PESTISIDA DAN TEKNIK APLIKASI



LAPORAN PRAKTIKUM PESTISIDA DAN TEKNIK APLIKASI
( BENTUK FISIK DAN FORMULASI PESTISIDA, FUNGSI SURFAKTAN, SIFAT ASAM BASA, UJI TOKSISITAS, DAN UJI ATRAKTAN )
Dosen Pembimbing :
Ir. I Ketut Sumiartha, M.Agr.
Description: F:\logo-unud.gif
Oleh Kelompok  B2 :
1.      I Made Redi Dwijaya Hendra                  1305105013
2.      Dwi Cahya Halim                                     1305105048
3.      Isnaini                                                       1305105053
4.      Umu Sa’adah                                            1305105054
5.      Lilik Handayani                                        1305105055
6.      Ni Komang Hari Padmayani                    1305105062
7.      Ni Luh Suriani                                          1305105063
8.      I Ngurah Mega Merta                               1305105066
9.      Dicky Marsadi                                          1305105070
10.  I Gede Febrianto Maha Putra                   1305105071
11.  I Kadek Ekadana                                     1305105075
12.  Dewa Ayu Putu Rista Swandewi                        1305105078
13.  I Nyoman Tryadi Cahya Nugraha            1305105082

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-Nyalah laporan praktikum Pestisida dan Teknik Aplikasi ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Hal yang dibahas dalam laporan praktikum  ini adalah mengenai “Sifat fisik dan formulasi pestisida, fungsi surfaktan, sifat asam basa, uji toksisitas, dan uji antraktan” sebagai salah satu syarat menempuh mata kuliah Pestisida dan Teknik Aplikasi.
            Ucapan terima kasih tidak lupa kami ucapkan kepada semua yang telah berpartisipasi dan membantu kami dalam pembuatan laporan ini. Khususnya kepada para dosen pembimbing dalam praktikum yang telah mengarahkan dan membimbing kami dalam melaksanakan praktikum.
            Penyusunan laporan ini sangat jauh dari kata sempurna, untuk itu kritik dan saran pembaca sangat kami harapkan demi memperbaikai laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi saya dan pembaca pada saat ini dan di masa yang akan datang.
                                                                                                   Denpasar, 8 Desember  2014













BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Pestisida adalah substansi kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang digunakan untuk mengendalikan berbagai hama. Yang dimaksud hama di sini adalah sangat luas, yaitu serangga, tungau, tumbuhan pengganggu, penyakit tanaman yang disebabkan oleh fungi (jamur), bakteria dan virus, kemudian nematoda (bentuknya seperti cacing dengan ukuran mikroskopis), siput, tikus, burung dan hewan lain yang dianggap merugikan. Pestisida juga diartikan sebagai substansi kimia dan bahan lain yang mengatur dan atau menstimulir pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian tanaman, (e-petani, 2010).
Sesuai konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT), penggunaan pestisida ditujukan bukan untuk memberantas atau membunuh hama, namun lebih dititik beratkan untuk mengendalikan hama sedemikian rupa hingga berada dibawah batas ambang ekonomi atau ambang kendali. Selama ini, kita mengetahui bahwa pestisida sangat berguna dalam membantu petani merawat pertaniannya. Pestisida dapat mencegah lahan pertanian dari serangan hama. Hal ini berarti jika para petani menggunakan pestisida, hasil pertaniannya akan meningkat dan akan membuat hidup para petani menjadi semakin sejahtera. Dengan adanya pemahaman tersebut, pestisida sudah digunakan di hampir setiap lahan pertanian. Namun sekarang ini banyak pemahaman yang salah tentang penggunaan dosis dari pestisida ini. Para petani tidak mengindahkan anjuran pemakaian yang telah diterapkan oleh pemerintah.
Jika melihat besarnya kehilangan hasil yang dapat diselamatkan berkat penggunaan pestisida, maka dapat dikatakan bahwa peranan pestisida sangat besar dan merupakan sarana penting yang sangat diperlukan dalam bidang pertanian. Usaha intensifikasi pertanian yang dilakukan dengan menerapkan berbagai teknologi maju seperti penggunaan pupuk, varietas unggul, perbaikan pengairan dan pola tanam akan menyebabkan perubahan ekosistem yang sering diikuti oleh meningkatnya problema serangan jasad pengganggu. Demikian pula usaha ekstensifikasi pertanian dengan membuka lahan pertanian baru, yang berarti melakukan perombakan ekosistem, sering kali diikuti dengan timbulnya masalah serangan jasad pengganggu. Dan tampaknya saat ini yang dapat diandalkan untuk melawan jasad pengganggu tersebut yang paling manjur hanya pestisida. Memang tersedia cara lainnya, namun tidak mudah untuk dilakukan, kadang-kadang memerlukan tenaga yang banyak, waktu dan biaya yang besar, hanya dapat dilakukan dalam kondisi tertentu yang tidak dapat diharapkan efektifitasnya. Pestisida saat ini masih berperan besar dalam menyelamatkan kehilangan hasil yang disebabkan oleh jasad pengganggu.
Untuk mengetahui pestisida yang lebih lanjut lagi maka perlu dilakuakan pengenalan sifat fisik dan formulasi pestisida, fungsi surfaktan, sifat-sifat asam dan basa, uji toksisitas, dan uji atraktan. Maka dari itu dilakukanlah praktikum ini.



1.2.Rumusan Masalah
1.      Apa saja sifat fisik dan formulasi pestisida?
2.      Apa saja fungsi dari surfaktan?
3.      Bagaimana sifat-sifat asam dan basa pada pestisida?
4.      Bagaimana hasil uji toksisitas ( akar deris ) pada ikan?
5.      Bagaimana hasil uji atraktan ( petrogenol ) pada lalat buah?
1.3.Tujuan Masalah
1.      Untuk mengetahui sifat fisik dan formulasi pestisida.
2.      Untuk mengetahui fungsi dari surfaktan.
3.      Untuk mengetahui sifat-sifat asam dan basa pada pestisida.
4.      Untuk mengetahui hasil uji toksisitas ( akar deris ) pada ikan.
5.      Untuk mengetahui hasil uji atraktan ( petrogenol ) pada lalat buah.

















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Formulasi Pestisida
Menurut Butarbutar (2009), pestisida dalam bentuk teknis (technical grade) sebelum digunakan perlu diformulasikan dahulu. Formulasi pestisida merupakan pengolahan (processing) yang ditujukan untuk meningkatkan sifat-sifat yang berhubungan dengan keamanan, penyimpanan, penanganan (handling), penggunaan, dan keefektifan pestisida. Pestisida yang dijual telah diformulasikan sehingga untuk penggunaannya pemakai tinggal mengikuti petunjuk-petunjuk yang diberikan dalam manual. Menurut Munaf (1997), yang dimaksud dengan formulasi (formulated product), ialah komposisi dan bentuk pestisida yang dipasarkan. Pestisida yang terdapat dipasaran umumnya tidaklah merupakan bahan aktif 100%, karena selain zat pengisi atau bahan tambahan yang tidak aktif 100%, karena selain zat pengisi atau bahan tambahn yang tidak aktif (inert ingridient) juga da yang berisi campuran dari 2 atau lebih pestisida.
Menurut Djojosumarto dalam Runia (2008), produk jadi yang merupakan campuran fisik antara bahan aktif dan bahan tambahan yang tidak aktif dinamakan formulasi. Formulasi sangat menentukan bagaimana pestisida dengan bentuk dan komposisi tertentu harus digunakan, berapa dosis atau takaran yang harus digunakan, berapa frekuensi dan interval penggunaan, serta terhadap jasad sasaran apa pestisida dengan formulasi tersebut dapat digunakan secara efektif. Selain itu, formulasi pestisida juga menentukan aspek keamanan penggunaan pestisida dibuat dan diedarkan dalam banyak macam formulasi, sebagai berikut:
1.      Formulasi Padat
a.       Wettable Powder (WP), merupakan sediaan bentuk tepung (ukuran partikel beberapa mikron) dengan kadar bahan aktif relatif tinggi (50-80%), yang jika dicampur dengan air akan membentuk suspensi. Pengaplikasian WP dengan cara disemprotkan. Contohnya: Basimen 235.
b.      Soluble Powder (SP), merupakan formulasi berbentuk tepung yang jika dicampur air akan membentuk larutan homogen. Digunakan dengan cara disemprotkan. Contohnya Dowpon M.
c.       Butiran atau Granule (G), umumnya merupakan sediaan siap pakai dengan konsentrasi bahan aktif rendah (sekitar 2%). Ukuran butiran bervariasi antara 0,7-1 mm. Pestisida dicampur degan bahan pembawa, seperti tanah liat, pasir, tongkol jagung yang ditumbuk. Pestisida butiran umumnya digunakan dengan cara ditaburkan di lapangan (baik secara manual maupun dengan mesin penabur). Contoh: Lannate 2 D.
d.      Water Dispersible Granule (WG atau WDG), berbentuk butiran tetapi penggunaannya sangat berbeda. Formulasi WDG harus diencerkan terlebih dahulu dengan air dan digunakan dengan cara disemprotkan.
e.       Soluble Granule (SG), mirip dengan WDG yang juga harus diencerkan dalam air dan digunakan dengan cara disemprotkan. Bedanya, jika dicampur dengan air, SG akan membentuk larutan sempurna.
f.       Tepung Hembus, merupakan sediaan siap pakai (tidak perlu dicampur dengan air) berbentuk tepung (ukuran partikel 10-30 mikron) dengan konsentrasi bahan aktif rendah (2%) digunakan dengan cara dihembuskan (dusting).
g.      Pekatan debu atau Dust concentrate. Kadarnya biasnya antara 25-75%.
h.      Umpan atau Bait (B). Bahan aktif pestisida dicampurkan dengan bahan pembawa. Biasa terdapat dalam bentuk bubuk, pasta, dan butiran. Penggunaannya dicampurkan dengan bahan makanan yang disukai hewan sasaran. Contoh: Zink Fosfit (umpan bubuk), Klerat RM.
i.        Tablet, terdapat dalam 2 bentuk:
1.      Tablet yang bila terkena udara akan menguap menjadi fumigant, yang umumnya digunakan untuk gudang-gundang atau perpustakaan. Contoh: Phostoxin tablet.
2.      Tablet yang pada pengunaannya memerlukan pemanasan. Uap dari hasil pemanasan dapat membunuh atau mengusir hama (nyamuk). Contoh: Fumakkila.
j.        Padat lingkar. Biasa digunakan dengan membakar. Contoh: obat nyamuk bakar Moon Deer 0,2 MC.
2.      Formulasi Cair
a.       Emulsifiable Concentrate atau Emulsible Concentrate (EC), merupakan sediaan berbentuk pekatan (konsentrat) cair dengan kandungan bahan aktif yang cukup tinggi. Oleh karena menggunakan solvent berbasis minyak, konsentrat ini jika dicampur dengan air akan membentuk emulsi (butiran benda cair yang melayang dalam media cair lainnya). Bersama formulasi WP, formulasi EC merupakan formulasi klasik yang paling banyak digunakan saat ini. Menurut Butarbutar (2009), EC (emulsible atau emulsifiable concentrates) adalah larutan pekat pestisida yang diberi emulsifier (bahan pengemulsi) untuk memudahkan penyampurannya yaitu agar terjadi suspensi dari butiran-butiran kecil minyak dalam air. Suspensi minyak dalam air ini merupakan emulsi. Bahan pengemulsi adalah sejenis detergen (sabun) yang menyebabkan penyebaran butir-butir kecil minyak secara menyeluruh dalam air pengencer. Secara tradisional insektisida digunakan dengan cara penyemprotan bahan racun yang diencerkan dalam air, minyak, suspensi air, dusting, dan butiran. Penyemprotan merupakan cara yang paling umum, mencakup 75% dari seluruh pemakaian insektisida, yang sebagian besar berasal dari formulasi Emulsible Concentrates. Bila partikel air diencerkan dalam minyak (kebalikan dari emulsi) maka hal ini disebut emulsi invert. EC yang telah diencerkan dan diaduk hendaknya tidak mengandung gumpalan atau endapan setelah 24 jam. Contoh: grothion 50 EC, Basudin 60 EC
b.      Water Soluble Concentrate (WCS), merupakan formulasi yang mirip dengan EC, tetapi karena menggunakan sistem solvent berbasis air maka konsentrat ini jika dicampur air tidak membentuk emulsi, melainkan akan membentuk larutan homogen. Umumnya formulasi ini digunakan dengan cara disemprotkan. Contoh: Azidrin 15 WSC.
c.       Aquaeous Solution (AS), merupakan pekatan yang bisa dilarutkan dalam air. Pestisida yang diformulasi dalam bentuk AS umumnya yang dimorfulasikan dalam bentuk garam herbisida asam yang memiliki kelarutan tinggi dalam air. Pestisida yang diformulasi dalam bentuk ini digunakan dengan cara disemprotkan. Contoh: 2-metil-4-klorofenoksiasetat (MCPA) dan 2,4-diklorofenoksi asetat (2,4-D).
d.      Soluble Liquid (SL), merupakan pekatan cair. Jika dicampur air, pekatan cair ini akan membentuk larutan. Pestisida ini juga digunakan dengan cara disemprotkan.
e.       Ultra Low Volume (ULV), merupakan sediaan khusus untuk penyemprotan dengan volume ultra rendah, yaitu volume semprot antara 1-5 liter/hektar. Formulasi ULV umumnya berbasis minyak karena untuk penyemprotan dengan volume ultra rendah digunakan butiran semprot yang sangat halus.
f.       Pekatan dalam minyak (Oil concrentrat) adalah formulais cair yang berisi bahan aktif dalam kosentrasi tinggi yang dilarutkan dalam pelarut hidrokarbon aromatik seperti xilin atau nafta. Penggunaannya biasa diencerkan dengan pelarut hidrokarbon yang lebih murah (missal solar), baru disemprotakan atau dikabutkan (fogging). Contoh: Sevin 4 Oil.
g.      Formulasi aerosol. Dalam hal ini pestisida dilarutkan dalam elarut organik, dalam kosentrasi rendah dimasukkan dalam kaleng berisi gas yang bertekanan, dikemas dalam bentuk aerosol siap pakai. Contoh: Flygon aerosol.
h.      Bentuk cair yang mudah menguap (liquefied gases). Pestisida ini terdapat dalam bentuk gas yang dimanpatkan pada tekanan tertentu dalam suatu kemasan. Penggunaannya ialah dengan cara fumigasi ke dalam ruangan atau tumpukan bahan makanan atau penyuntikan ke dalam tanah. Contoh: Methyl bromide.
3.      Kode Formulasi pada Nama Dagang
Bentuk formulasi dan kandungan bahan aktif pestisida dicantumkan di belakang nama dagangnya. Adapun prinsip pemberian nama dagang sebagai berikut:
a.       Jika diformulasi dalam bentuk padat, angka di belakang nama dagang menunjukkan kandungan bahan aktif dalam persen. Sebagai contoh herbisida Karmex 80 WP mengandung 80% bahan aktif. Insektisida Furadan 3 G berarti mengandung bahan aktif 3%.
b.      Jika diformulasi dalam bentuk cair, angka di belakang nama dagang menunjukkan jumlah gram atau mililiter (ml) bahan aktif untuk setiap liter produk. Sebagai contoh, fungisida Score 250 EC mengandung 250 ml bahan aktif dalam setiap liter produk Score 250 EC.
c.       Jika produk tersebut mengandung lebih dari satu macam bahan aktif maka kandungan bahan-bahan aktifnya dicantumkan semua dan dipisahkan dengan garis miring. Sebagai contoh, fungisida Ridomil Gold MZ 4/64 WP mengandung bahan-bahan aktif metalaksil-M 4% dan mankozeb 64% dan diformulasi dalam bentuk WP.
2.2. Surfaktan
Surfaktan adalah zat yang dapat mengaktifkan permukaan, karena cenderung untuk terkonsentrasi pada permukaan (antar muka), atau zat yang dapat menaik dan menurunkan tegangan permukaan. Tegangan permukaan adalah gaya dalam dyne yang bekerja pada permukaan sepanjang 1 cm dan dinyatakan dalam dyne/cm, atau energi yang diperlukan untuk memperbesar permukaan atau antarmuka sebesar 1 cm2 dan dinyatakan dalam erg/cm2. Surface tension umumnya terjadi antara gas dan cairan sedangkan Interface tension umumnya terjadi antara cairan dan cairan lainnya atau kadang antara padat dan zat lainnya (namun hal ini belum diteliti).
Beberapa kegunaan surfaktan antara lain yaitu : Deterjen, pelembut kain, pengemulsi, cat, adesif, tinta, anti – fogging, remidiasi tanah,  pendispersi, pembasah, Ski wax dan snowboard wax, daur ulang kertas, pengapungan, pencuci, zat busa, penghilang busa, laxatives, formula agrokimia, herbisida dan insektisida, coating, sanitasi, sampo, pelembut rambut, spermicide, pemipaan pemadam kebakaran, pendeteksi kebocoran, dsb.
1.      Klasifikasi Surfaktan
Ada cara penggolongan zat aktif permukaan yang umum yaitu:
1)      Menurut sifat elektrokimia atau ionisasi molekul.
Schwartz dan Perry menyebutkan bahwa molekul zat aktif permukaan terdiri dari dua gugus yang penting, yaitu gugus liofil (menarik pelarut) dan gugus liofob (menolak pelarut). Gugus liofob biasanya terdiri dari rantai alifatik atau aromatik, atau gugus aril alkil (aralkil) yang biasanya terdiri dari paling sedikit sepuluh atom karbon.
Dalam medium air sebagai pelarut, gugus liofob yang juga disebut gugus hidrofob bersifat menjauhi air. Sedang gugus liofil atau dalam air dikenal sebagai gugus hidrofil lebih banyak menentukan sifat – sifat kimia fisika zat aktif permukaan daripada gugus hidrofob.
Sifat dari pada zat aktif permukaan juga bergantung pada macamnya gugus hidrofil, yang dapat dibagi sebagai berikut :
                                                        i.            Zat aktif anion
Terjadi ionisasi dalam larutan dengan rantai panjang yang membawa muatan negatif.
                                                      ii.            Zat aktif kation
Terjadi ionisasi dalam larutan dengan rantai panjang yang membawa muatan positif.
                                                    iii.            Zat aktif nonion
Tak terionisasi dalam larutan dan stabil dalam keadaan asam maupun alkali.
                                                    iv.            Zat aktif amfolitik/ amfoter. (Zwitterionic)
Terionisasi dalam larutan dengan rantai panjang yang membawa muatan negatif maupun positif, tergantung pada suasana pH larutan.
2)      Menurut struktur kimia
Agster menyusun golongan ini atas tujuh bagian, penggolongan ini erat hubungannya dengan cara pembuatan zat aktif permukaan. Misalnya dengan cara penyabunan atau kondensasi terhadap asam lemak, sulfotasi terhadap rantai alifatik tinggi, dan sebagainya.
Penggolongan menurut struktur kimia dapat dibagi sebagai berikut :
1.      Sabun
Contoh : Na-laurat, Na-palmitat, Na-stearat, Na-oleat, dsb.
2.      Minyak-minyak yang disulfatkan/disulfonkan.
Contoh : Minyak jarak yang disulfatkan (TRO).
3.      Parafin atau olefin yang disulfurkan.
Contoh : senyawa sulfochlorida yang disabunkan (Mersolat), olefin yang disulfatkan (Tepol).
4.      Aralkil sulfonat
Contoh : alkil benzo sulfonat,  naftalin sulfonat seperti 1-iso propil natalin 2-sulfonat-Na (Nekal A), dsb.
5.      Alkil sulfat
Contoh : Alkil sulfat primer/ dari alkil alkohol primer seperti asam malonat anhidrat + alkohol dengan Na-bisulfit (Nacconol. LAL), Alkil sulfat sekunder/ dari alkil alkohol sekunder.
6.      Kondensat asam lemak.
Contoh : kondensat dengan gugus amino (Medialan A, Sapamine A),  kondensat mengandung gugus oksi (Immersol S, Soromin A), kondensat dengan gugus inti aromatik (Melioaran F).
7.      Persenyawaan polietilenaoksida (poliglikoeter).
Contoh : Alkil amin poliglikol eter (Peregal OK), Dispersol E.
3)      Menurut kelarutannya
a.       Surfaktan yang larut dalam minyak
Ada tiga yang termasuk dalam golongan ini, yaitu senyawa polar berantai panjang, senyawa fluorokarbon, dan senyawa silikon.
b.      Surfaktan yang larut dalam pelarut air
Golongan ini banyak digunakan antara lain sebagai zat pembasah, zat pembusa, zat pengemulsi, zat anti busa, deterjen, zat flotasi, pencegah korosi, dan lain-lain. Ada empat yang termasuk dalam golongan ini, yaitu surfaktan anion yang bermuatan negatif, surfaktan yang bermuatan positif, surfaktan nonion yang tak terionisasi dalam larutan, dan surfaktan amfoter yang bermuatan negatif dan positif bergantung pada pH-nya.
2.3. Sifat Asam dan Basa
1.    Sifat Basa
Istilah basa berasal dari bahasa arab yang berarti abu. Suatu senyawa dikelompokan menjadi basa jika zat tersebut dilarutkan ke dalam air menghasilkan ion hidroksida (OH). Zat yang bersifat basa antara lain: Natrium Hidroksida (NaOH), Kalium Hidroksida (KOH), pasta gigi dan sabun.
Secara umum senyawa basa memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
·         Mempunyai rasa pahit
·          Terasa licin jika terkena air, misalnya sabun
·         Dapat menghantarkan arus listrik (konduktor)
·          Jika dilarutkan ke dalam air menghasilkan ion hidroksida (OH)
·         Bersifat kaustik artinya dapat merusak kulit
·         Dapat merubah warna indikator kertas lakmus merah menjadi biru
·         Memiliki pH lebih dari 7. Semakin besar nilah pH suatu zat maka semakin kuat derajat kebasaanya.
2.    Sifat Asam
     Istilah asam berasal dari bahasa latin yaitu acetum yang berarti cuka. Pengertian asam menurut Arhenius adalah zat yang menghasilkan ion H+ didalam air. Jadi asam dapat diartikan sebagai senyawa yang menghasilkan ion hydrogen (H+) ketika dilarutkan ke dalam air.Zat yang bersifat asam antara lain : asam khlorida (HCI), air aki (asam sulfat) dan pembersih porselin.
Secara umum senyawa asam memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
·         Mempunyai rasa asam
·         Dapat merubah warna indikator misalnya kertas lamus biru menjadi merah
·         Bersifat korosif terhadap logam
·         Dapat menghantarkan listrik (konduktor)
·          Jika dilarutkan ke dalam air menghasilkan ion hydrogen (H+)
·         Memiliki nilai pH (derajat keasaman) kurang dari 7. Semakin kecil nilai pH suatu zat maka semakin kuat sifat keasamannya.
       Zat yang bersifat asam basa banyak terdapat dalam kehidupan sehari hari Asam sitrat, vitamin C tidak lain dari asam askorbat, asam asetat, yaitu cuka, asam karbonat dapat memberikan rasa segar dalam minuman ringan, asam sulfat untuk Akumulator. Contoh basa  : Amoniak untuk pelarut desinfektan. Soda api (natrium hidroksida) untuk membersihkan saluran bak cuci, alumunium hidroksida dan magnesium hidroksida untuk obat nyeri lambung.
3.    Menentukan pH Suatu Larutan
       Derajat keasaman (pH) suatu larutan dapat ditentukan menggunakan indikator universal, indikator stick, larutan indiaktor, dan pH meter.
a.       Indikator Universal.
Indikator universal merupakan campuran dari bermacam-macam indikator yang dapat menunjukkan pH suatu larutan dari perubahan warnanya. Indikator universal ada dua macam yaitu indikator yang berupa kertas dan larutan.
b.      Indikator Kertas (Indikator Stick)
Indikator kertas berupa kertas serap dan tiap kotak kemasan indikator jenis ini dilengkapi dengan peta warna. Penggunaannya sangat sederhana, sehelai indikator dicelupkan ke dalam larutan yang akan diukur pH-nya. Kemudian dibandingkan dengan peta warna yang tersedia.
c.       pH Meter
         Pengujian sifat larutan asam basa dapat juga menggunakan pH meter. Penggunaan alat ini dengan cara dicelupkan pada larutan yang akan diuji, pada pH meter akan muncul angka skala yang menunjukkan pH larutan.
2.4.  Toksisitas Pestisida
1.      Bahaya Pestisida
    Walaupun pestisida ini mempunyai manfaat yang cukup besar pada masyarakat, namun dapat pula memberikan dampak negative pada manusia dan lingkungan. Pada manusia pestisida dapat menimbulkan keracunan yang dapat mengancam jiwa manusia atau menimbulkan penyakit atau cacat. Dapat dikatakan bahwa tidak satu pun zat kimia yang tanpa resiko, namun dapat digunakan dengan aman dan efektif bila cara memegang, menggunakan, menyimpan, transportasi sesuai dengan petunjuk atau aturan yang tertera pada label dalam wadah atau pembungkus dari pabrik yang memproduksinya.
2.      Toksisitas Akut Pestisida
    Besarnya daya racun suatu pestisida dinilai dari toksiksitasnya. Toksiksitas akut pestisida dapat dinyatakan dengan 2 simbol, yaitu: LD 50 (Lethal Dose 50) atau LC 50 (Lethal Concentration 50) ialah kadar atau kosentrasi pestisida yang diperkirakan dapat membunuh 50 persen binatang percobaan. Satuannya ialah mg bahan aktif suatu pestisida per kg berat badan binatang percobaan (mg/kg). Penentuaan toksiksitas akut pestisida dapat digunakan bintang percobaan: tikus putih, anjing, burung atau ikan. Dikatakan bahwa tikus secara biologis mempunyai sifat sama seperti manusia, sehingga dapat diasumsikan bahwa sensitivitas pada tikus relatif sama dengan manusia.
    Toksiksitas pestisida sangat tergantung pada cara masuknya pestisida ke dalam tubuh. Pada penentuan toksiksitas pestisida per oral, pestisida diberikan melalui makanan dan diperoleh LD 50 oral, dan yang melalui kulit diperoleh LD 50 dermal, dan bila pemaparan melalui air atau udara (terhisap) ditentukan LC 50 selama 24 jam, 48 jam, 96 jam, dan seterusnya (lama waktu pemaparan). LC umumnya dinyatakan dalam ppm (part per million) atau ppb (part per bilion).
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan toksiksitas suatu pestisida ialah:
a) Route pemakaian atau pemaparan per oral, dermal, inhalasi.
b) Untuk LC 50 perlu dinyatakan berapa lama waktu pemaparan, biasanya dipakai waktu 24 jam, 48 jam, atau 96 jam.
c) Pestisida umunya dinyatakan dalam bentuk bahan aktif tunggal, dan jarang sekali sebagai bahan formula.
d)Toksiksitas yang ditetapkan bersifat akut, bukan toksiksitas kronis.
e) Semakin kecil angka toksiksitas suatu pestisida semakin toksik (semkain kuat efek toksiknya).
f)  Nilai LD 50 atau LC 50 akan berubah bila bercampur dengan bahan kimia yang tidak toksik, tetapi bersifat sinergis atau antagonis terhadap bahan aktif.
g) Pencampuran dengan bahan sinergis mengakibatkan pestisida tersebut semakin toksik (LD 50 semkin kecil), dan sebaliknya dengan bahan antagonis akan menurunkan toksiksitasnya.
2.5.  Atraktan pada lalat buah
Atraktan adalah aroma atau bau yang mampu merangsang hewan untuk tertarik atau mendekat karena menyukai aromanya. Manfaat Atraktan ini sebagai penangkap, perangkap dan pembasmi serangga atau binatang lain.
          Lalat buah merupakan hama utama pada budi daya tanaman hortikultura. Hama ini menyebabkan buah muda jatuh atau buah berbelatung sehingga kualitasnya turun. Selain itu, lalat buah hidup bersimbiose egativeic dengan beberapa jenis bakteri dan merupakan egati dari bakteri E. coli.
          Berbagai cara pengendalian lalat buah telah dilakukan, salah satunya adalah dengan menggunakan atraktan dengan bahan aktif metil eugenol. Atraktan dapat dibuat dari tanaman (atraktan nabati) dengan harga yang jauh lebih murah dengan efektivitas yang tinggi, yaitu dari tanaman selasih (Ocimum spp.) dan Melelauca bracteata. Atraktan nabati
sudah diuji efektivitasnya di beberapa lokasi dan menunjukkan hasil yang cukup memuaskan dalam mengendalikan hama lalat buah. Atraktan nabati sangat dibutuhkan oleh para petani dan praktisi di bidang hortikultura, khususnya buah-buahan, sehingga teknologi ini sangat dinantikan oleh mereka. Atraktan nabati dapat digunakan di semua lokasi di mana tanaman hortikultura dibudidayakan.
          Hasil pengujian di beberapa daerah menunjukkan bahwa atraktan nabati ini mampu memerangkap lalat buah per minggunya dalam satu perangkap berkisar dari puluhan, ratusan hingga ribuan, bergantung pada komoditas, cuaca, dan lokasi. Atraktan mampu bertahan hingga satu bulan, namun pada minggu kedua daya tangkapnya sudah mulai menurun, sehingga penambahan atraktan perlu dilakukan setiap dua minggu. Atraktan ini bersifat spesifik untuk hama lalat buah. Penggunaan atraktan merupakan cara pengendalian hama lalat buah yang ramah lingkungan, karena baik komoditas yang dilindungi maupun lingkungannya tidak terkontaminasi oleh atraktan. Selain itu atraktan ini tidak membunuh serangga bukan sasaran (serangga berguna seperti lebah madu, serangga penyerbuk atau musuh alami hama), karena bersifat spesifik, yaitu hanya memerangkap hama lalat buah, sehingga tidak ada risiko atau dampak egative dari penggunaannya.






BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1.  Waktu dan Tempat
a) Praktikum pertama :
Ø  Waktu  : hari Senin tanggal 6 Oktober 2014 pukul 03.00 Wita.
Ø  Tempat            : Laboratorium Pestisida Universitas Udayana jl. PB. Sudirman Denpasar.
b) Praktikum kedua :
Ø  Waktu  : hari Senin tanggal  13 Oktober 2014 pukul 03.00 Wita.
Ø  Tempat            : Laboratorium Pestisida Universitas Udayana jl. PB. Sudirman Denpasar.
c) Praktikum ketiga :
Ø  Waktu  : hari Senin tanggal  20 Oktober 2014 pukul 03.00 Wita.
Ø  Tempat            : Laboratorium Pestisida Universitas Udayana jl. PB. Sudirman Denpasar.
d)Praktikum keempat :
Ø  Waktu  : hari Senin tanggal  27 Oktober 2014 pukul 03.00 Wita.
Ø  Tempat            : Laboratorium Pestisida Universitas Udayana jl. PB. Sudirman Denpasar.
e) Praktikum kelima :
Ø  Waktu  : hari Senin tanggal  17 Oktober 2014 pukul 03.00 Wita.
Ø  Tempat            : Kebun Percobaan Pegok Denpasar.
3.2.  Alat, Bahan dan Cara Kerja
a)      Praktikum pertama
·    Formulasi padat misalnya : WP, S, G
·    Formulasi cair misalnya : EC, WSC, F
·    Formulasi gas
·    Air
·    Tabung Reaksi
·    Pengaduk
Cara kerja :
·         Campurkan satu sendok kecil formulasi pestisida EC, WSC, WP kedalam air, amati apa yang terjadi dan bagaimana perubahan warnanya.
·         Berikan contoh-contoh pestisida yg formulasinya disebutkan dalam contoh tersebut dalam 1.1 s/d 1.3.
·         Tambahkan pula formulasi lain yang belum ada dalam contoh tersebut diatas
·         berikan beberapa contoh Nama dagang, Bahan aktif serta kandungan bahan aktif beserta formulasinya dari Insektisida (4jenis), Fungisida (3jenis), Herbisida (3 jenis), Rodentisida (3jenis), Fumigan (2jenis).
b)      Praktikum kedua
·    Bahan yang dibutuhkan dalam praktikum ini :
a.        Tabung reaksi
b.      Twin 80 (surfaktatn)
c.       Air
d.      Tepung
e.       Detergen
f.       Bubuk kopi
g.      Campuran kopi dan gula
h.      Debu basah
i.        Debu kering
j.        Debu detergen
k.      Minyak
l.        Minyak surfaktan twin 80
m.    Daun talas
·         Cara kera
1.      Siapkan 10 tabung reaksi, masing- masing diisi air hingga ¾ tabung tersebut.
2.      Campurkan masing-masing bahan kedalam tabung yang berisi air tersebut, seperti detergen, kopi, kopi ynag dicampur gula, debubasah, debu kering, debu detergen, minyak, dan minyak surfaktan
3.      Lihat dan catat reaksi yang terjadi.
4.      Pada daun talas, terlebih dahulu letakkan sedikit air diatas daunt alas tersebut, lihat reaksi yang terjadi.
5.      Setelah itu ambil daun talas yang baru, kemudian camburkan air yang baru dengan minyak surfaktan twin 80.
6.      Campuran air dengan surfaktan tersebut letakkan diatas daun talas, lihat reaksi yang terjadi.
c)      Praktikum ketiga
a)   Alat dan bahan :
·         Air kapur
·         Air got
·         Air sumur
·         Air pam
·         Air suling
·         Air fungisida
·         Air insektisida
·         Atonik ( ZPT )
·         Kertas lakmus
·         Tabel lakmus
b)   Cara kerja :
·         Masukkan kertas pada media yang akan di uji.
·         Setelah kertas lakmus dicelupkan pada media yang akan diuji, amati perubahan warna dari kertas lakmus tersebut.
d)     Praktikum keempat
a)   Alat dan bahan :
·         Akar tanaman derris
·         Ikan dimasukkan dalam aqua berisi air.
b)   Cara kerja :
·         Beberapa  ikan – ikan kecil, dimasukkan kedalam wadah aqua yang berisi air.
·         Akar tanaman derris ditumbuk dan diperas pada wadah yang berisi ikan.
·         Amati reaksi yang terjadi.
e)      Praktikum kelima
a)   Alat dan Bahan
·         Petrogenol
·         Botol aqua tanggung
·         Kapas
·         Alat suntik
·         Kawat pengait/penggantung
b)   Cara kerja
Botol plastik aqua dipotong ujungnya, kemudian dipasang terbalik sehingga tampak seperti bubu. Didalamnya dipasang kapas yg sudah dicelupkan pitrogenol, kemudian digantung diareal kebun buah.























BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Praktikum Pertama
1)      4 jenis insektisida
1. Bomber 20 EC permetrin 20 g/l ) 
Description: Description: home-1
Nomor pendaftaran: RI. 1816/4–2008/T
Bomber 20 EC dengan kandungan bahan aktif permetrin 20 g/l  merupakan insektisida piretroid yang memiliki daya kerja sebagai racun kontak dan racun perut yang kuat untuk mengendalikan hama pada tanaman.
Keunggulan menggunakan bomber 20 ec :
·         Mengendalikan banyak jenis hama
·         Bomber 20 ec efektif mengendalikan jenis ulat, kutu, belalang dan berbagai jenis serangga penusuk-penghisap dan penggerek lainnya dari ordo lepidoptera, hemiptera, homoptera dan coleoptera.
·         Mengendalikan tuntas dengan daya kerja kuat :
Bomber 20 ec dengan daya kerja yang kuat mengendalikan serangga hama yang terkena semprotan secara langsung atau yang bersentuhan dengan bagian tanaman yang disemprot, dan serangga hama yang memakan daun/bagian lain dari tanaman yang telah disemprot.
·         Bekerja  ganda :
Bomber 20 ec melumpuhkan dan mematikan serangga hama dengan cepat, sehingga tanaman terhindar dari kerusakan oleh serangan hama.
·         Petunjuk penggunaan yang terdaftar : 
Tanaman dan Hama
Sasaran
Konsentrasi
Formulasi
Cara dan Waktu
Aplikasi
Cabai
Ulat grayak
Spodoptera litura
3 - 4 ml/l
Aplikasi dilakukan dengan cara penyemprotan volume tinggi pada saat populasi/intensitas serangan hama telah mencapai ambang pengendaliannya sesuai dengan rekomendasi setempat.
Apabila belum jelas hubungi petugas pertanian yang berwenang.
Kedelai
Ulat grayak
Spodoptera litura
3 - 4 ml/l 
Permetrin diketahui efektif juga terhadap hama-hama pada bawang merah (ulat grayak), cabai (penghisap daun), kedelai (lalat pucuk, pengisap polong), kentang (thrips), kubis (perusak daun), lada (penghisap buah, penghisap bunga), melon dan semangka (kutu daun dan thrips), tembakau (ulat grayak), tomat (penggerek buah), kelapa sawit (ulat api) dan kakao (penghisap buah).

2        BRASSO 250 EC (sipermetrin 250 g/l)Description: Description: home-1







Nomor pendaftaran: RI. 01010120114114
Brasso 250 EC, mengandung bahan aktif sipermetrin 250 g/l, merupakan insektisida piretroid yang lebih efisien dengan daya kerja yang kuat sebagai racun kontak dan racun perut terhadap serangga perusak tanaman.
·                     Keunggulan brasso 250 ec :
a.       Mengendalikan banyak jenis serangga hama
Brasso 250 ec efektif mengendalikan berbagai jenis ulat, kutu, belalang dan berbagai jenis serangga penusuk-penghisap dan penggerek lainnya dari ordo Lepidoptera, Hemiptera, Homoptera dan Coleoptera.
b.      Mengendalikan hama tanaman dengan cepat &tuntas
Brasso 250 EC cepat melumpuhkan dan mematikan serangga hama, dan daya kerjanya sebagai racun kontak dan racun perut dapat menyebabkan serangga hama mati setelah terkena semprotan langsung, bersentuhan atau memakan daun/bagian lain tanaman yang di semprot, sehingga hama tanaman dapat dikendalikan secara tuntas.
·         Dosis pemakaian rendah
Brasso 250 EC dengan kandungan bahan aktif sipermetrin 250 g/l mengandung bahan aktif tertinggi dikelasnya, sehingga dosis pemakaian lebih rendah dibandingkan dengan formulasi lain dengan kandungan sipermetrin yang lebih rendah.
·         Petunjuk penggunaan yang terdaftar
 Tanaman dan Hama Sasaran 
Konsentrasi Formulasi
 Cara dan Waktu Aplikasi 
KAKAO
Penghisap buah
Helopeltis antonii
Penggerek buah
Conopomorpha cramerella
 
 
 
0,5 - 1,0 ml/l

 
0,5 - 1,0 ml/l

 
 

Aplikasi dilakukan dengan cara penyemprotan volume tinggi pada saat populasi/intensitas serangan hama telah mencapai ambang pengendaliannya sesuai dengan rekomendasi setempat.

Volume semprot 300 - 500 liter/ha tergantung dari umur tanaman.

Apabila belum jelas hubungi petugas pertanian yang berwenang.
 

Sipermetrin diketahui efektif terhadap hama-hama pada bawang merah (ulat grayak), cabai (ulat grayak, penghisap daun), jagung (belalang), kapas (penggerek buah, penggerek polong), kedelai (ulat grayak), kelapa sawit (ulat api), kentang (trips), kubis (perusak daun), lada (penghisap buah, penghisap bunga), melon dan semangka (kutu daun, trips), teh (penghisap daun, penggulung daun), tembakau (ulat grayak, penggerek pucuk dan perusak daun) dan tomat (penggerek buah).

Catatan : Jika dianggap perlu, BRASSO 250 EC dapat dicampur dengan EMCINDO 500 EC, POKSINDO 200 EC atau insektisida lain yang tidak bersifat basa dari golongan organofosfat, karbamat dan Bacillus thuringiensis (BT).

3.      INDOCRON 500 EC ( profenofos 500 g/l ) 

 Description: Description: home-1
Nomor Pendaftaran : RI. 01010120062428

Indocron 500 EC mengandung bahan aktif profenofos 500 g/l adalah insektisida dari golongan organofosfat yang unik, dalam kemampuan menghambat enzym cholinesterase. Dapat diserap seluruh bagian tanaman, sehingga serangga hama yang memakan setiap  bagian tanaman akan mati. Serangga hama akan mati pula bila terkena langsung semprotan atau bersentuhan dengan permukaan daun/bagian lain dari tanaman yang disemprot.
 Indocron 500 EC insektisida dan akarisida untuk mengendalikan hama ulat dan kutu - kutuan pada tanaman pangan, sayuran, palawija, dan perkebunan yang bekerja sebagai racun kontak dan perut, dengan daya translaminar serta ovisidal untuk mematikan telur serangga.  
·         Spektrum luas :
Mematikan berbagai jenis ulat dan hama kutu-kutuan dan hama serangga lainnya.
·         Mempunyai efek sistemik translaminar :
Indocron 500 EC Dapat masuk ke seluruh permukaan daun dari bagian atas sampai permukaan daun bagian bawah. Sehingga sangat efektif untuk mengendalikan hama yang berada/bersembunyi dibagian bawah permukaan daun yang tidak terkena semprotan langsung insektisida.
·         Mempunyai efek ovisidal :
Indocron 500 EC Berbahan aktif profenofos yang mempunyai sifat disamping dapat membunuh ulat dan serangga dewasa juga dapat membunuh telur serangga.


Tanaman dan Hama
Sasaran
Konsentrasi
Formulasi
Cara dan Waktu
Aplikasi
Cabai
Kutu daun Myzus persicae
Hama trips
0,75 1,5 ml/l

Aplikasi dilakukan dengan cara penyemprotan volume tinggi pada saat populasi/intensitas serangan hama telah mencapai ambang pengendaliannya sesuai dengan rekomendasi setempat.
Volume semprot 300 - 500 liter/ha tergantung dari umur tanaman.
Apabila belum jelas hubungi petugas pertanian yang berwenang.
·          Petunjuk penggunaan yang terdaftar :









Profenofos diketahui efektif juga terhadap hama Lalat buah Dacus ferrugineus dan ulat grayak Spodoptera litura pada tanaman cabai; Kutu daun Diaphorina citri pada tanaman jeruk; Perusak daun Plusia chalcites dan ulat grayak Spodoptera sp. pada tanaman kacang hijau; Penggerek buah Earias sp. dan  penggerek pucuk Heliothis sp.pada tanaman kapas; Penggerek umbi Phthorimaea operculella dan hama Thrips sp. pada tanaman kentang; Perusak daun Crocidolomia binotalis dan Plutella xylostella pada tanaman kubis; Kutu daun Myzus persicae, hama Thrips sp., kumbang pemakan daun Aulacophora sp., kutu daun Aphis sp.dan lalat buah Dacus sp. pada tanaman semangka; Penggerek batang Chilo auricillius dan C. sacchraiphagus pada tanaman tebu; Penggerek pucuk Heliothis sp. dan ulat grayak Spodoptera litura pada tanaman tembakau; Ulat buah Heliothis armigera pada tanaman tomat.
4.      DELTA 25 ECdeltametrin 25 g/l )

Description: Description: home-1
 Nomor pendaftaran: RI. 1684/8–2007/T
Delta 25 EC dengan kandungan bahan aktif deltametrin 25 g/l bekerja sebagai racun kontak maupun racun lambung yang cepat mematikan serangga hama dengan merusak sistem syaraf. Delta 25 EC insektisida piretroid berspektrum luas dengan dosis penggunaan yang rendah mengatasi serangan berbagai jenis hama tanaman. 
·         Berspektrum luas :
Delta 25 EC efektif terhadap berbagai jenis ulat, kutu, lalat, belalang dan serangga hama lainnya dari ordo Lepidoptera, Coleoptera, Heteroptera, Homoptera dan Thysanoptera pada banyak jenis tanaman pangan, palawija, sayuran, buah-buahan dan perkebunan.
·         Dosis penggunaan rendah :
Delta 25 EC efektif mengendalikan berbagai jenis hama tanaman dengan dosis rendah (0,25-1,0 ml./l)
·         Bekerja ganda :
Delta 25 EC bekerja cepat sebagai racun kontak dan lambung, sehingga serangga hama akan segera mati apabila terkena langsung butiran semprot atau setelah menyentuh atau memakan daun atau bagian tanaman lainnya yang terkena butiran semprot.

Tanaman dan Hama
Sasaran
Dosis /
Konsentrasi
Cara dan Waktu
AplikasI
Cabai
Kutu daun
Myzus persicae
Hama trips
Thrips sp.

0,25 - 0,5 ml/l

0,25 - 0,5 ml/l

Aplikasi dilakukan dengan cara penyemprotan volume tinggi pada saat populasi/intensitas serangan hama telah mencapai ambang pengendaliannya sesuai dengan rekomendasi setempat.
Volume semprot 300 - 500 liter/ha tergantung dari umur tanaman.
Apabila belum jelas hubungi petugas pertanian yang berwenang.

Kakao
Penghisap buah
Helopeltis antonii
0,4 - 0,5 ml/l

Kedelai
Ulat grayak
Spodoptera litura
0,5 - 1,0 ml/l

Kelapa sawit
Ulat api
Setothosea asigna
62,5 - 125 ml/ha

·         Petunjuk penggunaan yang terdaftar :

deltametrin diketahui efektif juga terhadap hama-hama pada bawang merah (ulat grayak), cabai (ulat grayak, lalat buah), jagung (belalang), kacang hijau (lalat bibit), kapas (penggerek buah dan penggerek pucuk), kedelai (lalat bibit, perusak daun, pengisap polong), kentang (kutu daun dan thrips), kubis (perusak daun), lada (penghisap buah, penghisap bunga, bubuk buah), semangka (kutu daun dan thrips), teh (penghisap daun), tembakau (penggerek pucuk dan ulat grayak), tomat (penggerek buah).
2)      3 jenis fungisida

1.
Cupravit OB 21
Bahan aktif                 :           Tembagaoksiklorida 50%
No pendaftaran           :           RI. 87/01-90/T

Cuprafit OB 21 adalah fungisida yang bersifat fungistatik berbentuk bubuk bewarna biru kehijauan yang dapat disuspensikan dalam air untuk mengendalikan penyakit pada tanaman anggur, cabai merah, jeruk, kacang tanah, kakao, kentang, kopi, panili, teh, tembakau dan tomat

tanaman
penyakit
dosis
Waktu penyemprotan
Anggur
Embun bulu
(Plasmopora vitcola)
1,5-39/I
Bila ada serangan interval 1 minggu
Cabai merah
Antraknosa, bercak daun
1-2 g/I
Bila ada serangan interval 1 minggu
kakao
Busuk buah
4 g/I
Bila ada serangan interval 1 minggu
jeruk
Tepung
(Oldium tingitanium)
4 g/I
Bila ada serangan interval 5-7
c
Bercak daun
Cercospora
5 g/l
Bila ada serangan interval 
kopi
Karat daun
Heimileia
vastatrix
4 g/l
Bila ada serangan interval 1 minggu
panili
Busuk batang
4 g/l
Bila ada serangan interval 1 minggu




Teh
Cacar daun
Exobasidium vexana
300 g/ha
Bila ada serangan interval 1 minggu

2
Ridomil Fungisida
Tipe                             : 35 SD
No Pendaftaran           : RI 450/9-90/T
Bahan Aktif                : Metalaksil 35 %
Berat Bersih                : 20 x 5 gram

Fungisida sistemik , berbentuk tepung berwarna merah muda digunakan untuk mencegah dan mengendalikan penyakit bulai sclerospora maydis pada tanaman jagung dengan cara perlakuan benih

Petunjuk Pengunaan :
Tanaman
Penyakit
Dosis formulasi dan cara penggunaan


Jagung
Penyakit bulai sclerospora maydis
5 gram ridomil 35 SD dilarutkan dengan 7,5 ml air per kg benih jagung, kemudian campur merata sampai menutup seluruh permukaan benih jagung. Kemudian benih tersebut dikeringkan dan setelah kering siap dipakai

Perhatian : ridomil adalah suatu fungisida sistemik, penggunaan yang terus-menerus memungkinkan terjadinya strain cendawan yang resistem. CIBA – GFIGY tidak menjamin akibat kerusakan/ kehilangan hasil tanaman dalam menanggulangi strain cendawan yang resistem.

3
Revus Fungisida
Tipe                             :  250c
No. Pendaftaran          :  RI. 2794/4-2007/T
Bahan Aktif                :  Mandipropamid 250 g/i
Isi                                :  50 ml
Tanggal Produksi        :  Jak 7J01003 Sep
Peringatan Bahaya      :  Dapat menyebabkan keracunan  
                                        melalui kulit, mulut, dan mata 
Petunjuk Pengamanan :  Jauhkan dari jangkauan anak-
                                       anak
Petunjuk Penggunaan : Bacalah petunjuk penggunaan                                       selengkapnya untukmenggunakan
                                      fungisida
Pemegang Pendaftaran:  PT. Syngenta Indonesia Perkantoran Hijau Arkandia Tower C Lantai 9. Jln. TB Simatupang Kav. 88 Jakarta 12520. Telp. (021) 78836979, 867276

Fungisida protektif bersih sistemik lokal. Berbentuk pekatan yang larut dalam air, berwarna putih kecoklat-coklatan untuk mencegah dan menghentikan penyakit secara cepat pada tanaman bawang merah, cabai, kentang, ketimun, melon, semangka dan tomat.

3)      3 jenis herbisida
1.      Merk dagang: NUFARIS
bahan aktif: Isopropilaminaglifosat
jenis formulasi: cairan
selektifitas: selektif
waktu aplikasi: pada saat gulma tumbuh subur
tanaman sasaran: karet dan kelapa sawit
gulma sasaran dan dosis: Axonopus compressus, Paspalum conjugatum, Mimosa pudica dengan dosis 2-4 l/ha
volume semprot: 200-500 l/ha
mekanisme kerja: penyemprotan dilakukan dengan menggunakan knapsack sprayer/ Pakailah semprotan punggung yang bertekanan tetap dan nosel polijet untuk mendapatkan hasil semprotan yang rata.

2.      Nama dagang : ALLY 20 WDG
Nama Bahan Aktif dan Kandungannya    Metil metsulfuron 20 %
Jenis formulasi    Padat 20 WDG
Translokasi    Sistemik
Selektivitas    Non Selektif
Waktu Aplikasi    Pra Tumbuh
Tanaman Sasaran    Karet dan Kelapa sawit. Gulma Sasaran dan Dosisnya    Gulma berdaun lebar (Borreria latifora) 100-200 gr/ha
volume semprot 400 l/ha
Mekanisme Kerja    Herbisida yang cara kerjanya ditranslokasikan ke seluruh tubuh atau bagian jaringan gulma, mulai dari daun sampai keperakaran atau sebaliknya. 
3.      Nama dagang herbisida : FENOMIN
Nama Bahan Aktif dan Kandungannya    2.4 – D Dimetil Amina 865 gr/l
Jenis formulasi    865 SL, bewarana coklat muda (cair)
Translokasi    Sistemik
Selektivitas    Selektif
Waktu Aplikasi    Pasca Tumbuh
Tanaman Sasaran    Padi Sawah
Gulma Sasaran dan Dosisnya    Teki (Fimbristyllis milaceae) dengan dosis 1.0-1.5 l/ha, Scirpus juncoides  dengan dosis 1.5 l/ha
Mekanisme Kerja    Herbisida yang cara kerjanya ditranslokasikan ke seluruh tubuh atau bagian jaringan gulma, mulai dari daun sampai keperakaran atau sebaliknya
4)      3 jenis rotentisida
1.      Rattropik
       Merupakan Pestisida Rodent Control yang banyak digunakan sebagai umpan pengendali hama tikus yang sangat merugikan disekitar lingkungan kita, baik di pemukiman maupun di gudang penyimpanan barang/ komoditas, serta perkebunan.
Rattropik adalah racun tikus tropis yang dibuat khusus untuk daerah tropis seperti negara kita Indonesia.
·         Keunggulan: Rodentisida ini memiliki efek racun yang ampuh terhadap hama sasaran, tidak berbau, serta ramah lingkungan & harga yang ekonomis.
Description: Description: Racun Tikus Rattropik
Bahan Aktif
Bromodiolon 0,005%
Bentuk
Block (Bongkahan)
Kemasan
Box @100gr & Pail @1 Kg
Vendor / Formulator
Hungarindo
Aplikasi
Baiting (umpan)
Hama Sasaran
Semua Jenis Tikus

2.      Klerat


         Merupakan Pestisida Rodent Control yang banyak digunakan sebagai umpan pengendali hama tikus yang sangat merugikan disekitar lingkungan kita, baik di pemukiman maupun di gudang penyimpanan barang.

Keunggulan: Rodentisida ini memiliki efek racun yang ampuh terhadap hama sasaran, tidak berbau, serta ramah lingkungan.
Description: Description: D:\ARIK FOLDER\semester 3\pestisida\rotentisida_files\klerat.gif
Bahan Aktif
Bromadiolon 0,005%
Bentuk
Block (Bongkahan)
Kemasan
Bag (1 kg)
No. Registrasi
RI.2677/PR-766201
Vendor
Syngenta
Aplikasi
Baiting (umpan)
Hama Sasaran
Semua Jenis Tikus

3.      Rodex


         Merupakan Pestisida Rodent Control yang banyak digunakan sebagai umpan pengendali hama tikus yang sangat merugikan disekitar lingkungan kita, baik di pemukiman maupun di gudang penyimpanan barang.
Keunggulan: Rodentisida ini memiliki efek racun yang ampuh terhadap hama sasaran, tidak berbau, serta ramah lingkungan.
Description: Description: D:\ARIK FOLDER\semester 3\pestisida\rotentisida_files\rodex.jpg
Bahan Aktif
Bromadiolon 0,005%
Bentuk
Block (Bongkahan)
Kemasan
Box (1 Kg)
No. Registrasi
-
Vendor / Formulator
Pelgar Int.
Aplikasi
Baiting (umpan)
Hama Sasaran
Semua Jenis Tikus

5,  2 jenis fumigan
1.Phostoxin
Phostoxin 56 Tb ( Obat Hama Gudang Fumigasi) Small Flask & Medium Flask
Phostoxin 56 Tb :
Adalah Fumigan Berbentuk Tablet Bundar ( Round Tablet) Berbahan Aktif Aluminium Phosphide 56 % , Praktis Dan Mudah Digunakan Untuk Mengendalikan Hama Ditempat Penyimpanan.
Bahan Aktif Alp 56 % , Bentuk Round Tablet, Kemasan 334 Tablet Dan 100 Tablet Per Kaleng.
Kemasan : Kaleng
Pabrikan : Detia Degesch
                   Dr.-Werner - Freybergh-Strabe 11, Laudenbach/ German
Keunggulan :
- Sangat Efektif Mengendalikan Hama Di Gudang.
- Mematikan Seluruh Stadia Hama
- Atasi Hama Yang Berada Dalam Kemasan
- Residu Tidak Mengkontaminasi

Komiditi
- Tidak Meninggalkan Aroma Atau Menambah Rasa
- Tidak Merusak Ozon.
Dosis Recomendasi ( Ph3) :
Silo ...................2-5Gr/ Ton( M3)
Gudang Biasa ....3-6Gr/ Ton( M3)
Ruangan, Tumpukan, Kontainer....1, 5-2Gr/ Ton( M3)
Tembakau....1Gr/ M3
Waktu Aerasi :
Waktu Minimun Adalah 3-6 Jam, Kecuali Untuk Tembakau, Pakan Ternak Dan Makanan Yang Diproses Adalah 48 Jam Sampai Konsentrasi Batas Yang Diperbolehkan.

2.          Toxphos 56 Tb
 Description: Description: D:\ARIK FOLDER\semester 3\pestisida\fumiganToxphos 56 T_files\fabaf669-ef5e-4ed0-ad29-c77c35572a50t2.png
Toxphos 56 TB merupakan racun pernafasan berbentuk tablet bundar yang dapat mengendalikan hama gudang seperti Laemoplosus sp, Sitophilus sp, Tribolium sp., Rhizoperta sp dll. Bahan aktifnya yaitu aluminium fosfida 56%.
Keunggulan:
1, Sangat efektif mengendalikan seluruh stadia serangga hama gudang mulai dari telur, larva, pupa sampai dewasa pada komoditi hasil pertanian (beras, jagung, biji-bijian, kacang-kacangan, biji kopi) tembakau, kapas dll.
2.  tidak merusak lapisan ozon
3.  Residu sangat rendah dan tidak mengkontaminasi produk
4. tidak mempengaruhi rasa atau aroma komoditi.
5. Dapat diaplikasikan di gudang, silo, barang yang dikemas, kontainer, kapal, dll.









4.2. Praktikum kedua
1. Hasil
a. air + tepung → percampurannya lama
b.  air + detergen → percampurannya cepat
c. air + kopi → diam tidak tercampur
d. air + kopi, gula → cepat tercampur
e. air + debu basar → cepat tercampur
f. air + debu detergen → cepat tercampur
g. air + debu kering → diam (lama tercampur)
h. air + minyak → terpisah ( minyak diatas, air di bawah)
j. air + surfaktan twin 80 → tercampur berwarna putih
2. Pembahasan
Surfaktan adalah zat yang dapat mengaktifkan permukaan, karena cenderung untuk terkonsentrasi pada permukaan (antar muka), atau zat yang dapat menaik dan menurunkan tegangan permukaan.
     Penambahan surfaktan dalam larutan akan menyebabkan turunnya tegangan permukaan larutan. Setelah mencapai konsentrasi tertentu, tegangan permukaan akan konstan walaupun konsentrasi surfaktan ditingkatkan. Bila surfaktan ditambahkan melebihi konsentrasi ini maka surfaktan mengagregasi membentuk misel. Konsentrasi terbentuknya misel ini disebut Critical Micelle Concentration (CMC). Tegangan permukaan akan menurun hingga CMC tercapai. Setelah CMC tercapai, tegangan permukaan akan konstan yang menunjukkan bahwa antar muka menjadi jenuh dan terbentuk misel yang berada dalam keseimbangan dinamis dengan monomernya (Genaro, 1990).
Salah satu sifat penting dari surfaktan adalah kemampuan untuk meningkatkankalarutan bahan yang tidak larut atau sedikit larut dalam medium dispersi. Surfaktan pada konsentrasi rendah, menurunkan tegangan permukaan dan menaikkan laju kelarutan obat(Martinet al., 1993). Sedangkan pada kadar yang lebih tinggi surfaktan akan berkumpul membentuk agregat yang disebut misel (Shargelet al.,1999)
Percampuran antar air dan beberapa zat tersebut berhubungan dengan zat pernispersi dan terdispesi pada koloid.
Zat terdispersi berdasarkan ukuran partikelnya, system dispersi dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu larutan, koloid, dan suspensi.
1.      Suspensi, merupakan sistem dispersi dengan partikel  yang berukuran relatif besar tersebar merta di dalam medium pendispersinya. Pada umumnya sistem dispersi merupakan campuran yang heterogen. Fase terdispersinya adalah tanah dan pasir, medium pendispersinya adalah air. Jadi, suspensi (atau yang disebut juga dispersi kasar) merupakan jenis campuran dengan partikel terdispersi yang berukuran relatif besar tersebar dalam medium pendispersinya.
Ukuran dari partikel suspensi paling besar dibandingkan dengan jenis campura yang lain, yaitu lebih besar dari 100 nm. Oleh karena itu, partikel suspensi dapat dilihat dengan mata telanjang. Suspensi merupakan campuran yang heterogen dan tidak stabil. Jika suspensi didiamkan selama beberapa waktu, partikel- partikel suspensi akan mengendap karena pengaruh gravitasi sehigga dapat dipisahkan dengan mudah. Kecepatan pengendapan bergantung dari ukuran partikel suspensi. Semakin besar ukuran partikel, pengendapan berlangsung lebih cepat.
Larutan, merupakan system dispersi yang ukuran partikel-pertikelnya sangat kecil, sehingga tidak dapat dibedakan (diamati) antara partikel pendispersi dengan partikel terdispersi walaupun menggunkaan mikroskop ultra.
Gula atau garam dan air akan membentuk campuran yang homogen dan stabil dimana gula atau garam tersebar secara merata dalam air. Campuran yang homogen inilah yang disebut sebagai larutan (atau yang sering disebut larutan sejati).
Dalam larutan, fase terdispersi dan medium pendispersinya biasa dikenal dengan solute dan solven. Jadi, gula dan garam merupakan solute, sedangkan air adalah solvennya. Partikel- partikel dalam larutan baik solute maupun solven berupa atom, ion- ion atau molekul dengan ukuran yang sangat kecil, lebih kecil dari 1 nm (1 nm = 10-9 m). Dari ketiga jenis campuran, ukuran dari partikel larutan yang paling kecil sehingga tidak dapat dilihat dengan mata telanjang bahkan menggunakan mikroskop dengan tingkat pembesaran yang tinggi (mikroskop ultra). Oleh karena sifatnya yang homogen dan stabil, larutan tidak akan mengendap walaupun didiamkan untuk waktu yang lama sehingga tidak dapat dipisahkan.
·         Pada air percampram air dengan minya, air tidak mau menyatu dengan minya, minyak diatas dan air dibawah, hal tersebut terjadi karena masa jenis air lebih besar dibandingakan dengan minyak, sehingga air lebih tenggelam atau berada dibawah dibandingakan dengan minyak
·         Pada surfaktan terjadi percampuran air sehingga larutan menjadi warna putih karena surfaktan (surface active agent) adalah suatu zat aktif permukaan yang memiliki sifat yang berbeda pada kedua ujungnya. Ujung yang satu bersifat hidrofobik sedangkan ujung yang lain bersifat hidrofilik. Sifat inilah yang membuat surfaktan dapat menyatukan minyak dan air dengan cara menurunkan tegangan antarmuka dari air dan minyak sehingga air dan minyak membentuk suatu emulsi. Oleh karena itu, surfaktan disebut juga sebagai emulsifier.
·         Pada saat air diletakkan pada daun talas, daun talas tidak terbasahi karena pada daun    talas terdapat lapisan lilin yang menghambat masuknya air ke dalam organ daun talas. Sedangkan pada saat air dicampurkan dengan surfaktan terlebih dahulu maka terjadi suatu proses pembasahan saat diletakkan pada daunt alas. Lapisan daun lilin talas menjadi rusak sehingga larutan air dan surfaktan tersebut dapat membasahi daun talas.
Sifat – sifat khusus surfaktan adalah :
  1. Pembasahan = Perubahan dalam tegangan permukaan yang menyertai proses pembasahan dinyatakan oleh Hukum Dupre.
2.      Daya Busa = Busa ialah dispersi gas dalam cairan dan zat aktif permukaan memperkecil tegangan antarmuka, sehingga busa akan stabil, jadi surfaktant mempunyai daya busa.
3.      Daya Emulsi = Emulsi adalah suspensi partikel cairan dalam fasa cairan yang lain, yang tidak saling melarutkan. Sama hanya dengan pembasahan, maka surfaktant akan menurunkan tegangan antarmuka, sehingga terjadi emulsi yang stabil
·         Fungsi surfaktan
Surfaktan digunakan sebagai bahan pembersih coontohnya detergen, sabun, shampoo. Surfaktan juga dikembangkan dalam pembuatan obat dan kosmetik. Contoh obat yang mempunyai prinsip kerja seperti surfaktan adalah obat pencahar , sedangkan contoh kosmetik yang mempunyai prinsip kerja seperti surfaktan adalah pembersih muka. Pada pembersih muka, minyak-minyak yang ada di kulit muka akan bersentuhan dengan ujung hidrofob pada sabun sedangkan ujung hidrofil sabun akan bersentuhan dengan air, akibatnya minyak pada kulit muka akan ditarik oleh sabun tersebut sehingga kulit muka akan terbebas dari minyak. Selain itu, fungsi surfaktan sebagai pengemulsi pun telah diaplikasikan dalam bidang pangan.
fungsi surfaktan sebagai pengemulsi dalam bidang pangan yang dapat meningkatkan kualitas dari produk pangan tersebut. Penambahan emulsifier dalam produksi pangan dapat meningkatkan kualitas dari makanan. Contoh aplikasi penggunaan zat pengemulsi dalam bidang pangan adalah pada pembuatan roti, es krim, permen, susu dan margarin. Adonan roti yang ditambahkan zat pengemulsi akan menghasilkan roti yang mengembang, lunak dan bertekstur halus. Zat pengemulsi yang ditambahkan ke dalam adonan es krim akan membuat es krim tersebut bertekstur halus dan tidak membentuk kristal-kristal es yang kasar. Selain contoh-contoh makanan diatas yang kualitasnya meningkat setelah ditambahkan zat pengemulsi, surfaktan atau emulsifier ini dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kelarutan suatu  produk kopi serbuk dalam air dingin. Biasanya kopi serbuk akan larut apabila dilarutkan dalam air panas, namun ternyata dengan ditambahkan zat pengemulsi ini, serbuk kopi tersebut dapat larut dalam air dingin sekalipun.
Berdasarkan fakta di atas, ternyata surfaktan mempunyai banyak peranan yang menguntungkan untuk kehidupan sehari-hari, seperti untuk bahan pembersih, pembuatan obat, kosmetik, dan meningkatkan kualitas pangan.

4.3. Praktikum Ketiga
·         Hasil :
o   Air kapur                     : mempunyai PH 13
o   Air got                         : mempunyai PH 8
o   Air sumur                    : mempunyai PH 6-7
o   Air pam                       : mempunyai PH 9
o   Air suling                    : mempunyai PH 7
o   Air fungisida               : mempunyai PH 7
o   Air insektisida             : mempunyai PH 1
o   Atonik ( ZPT )            : mempunyai PH 9
·         Pembahasan :
Berdasarkan sifat keasaman suatu larutan, maka larutan dapat digolongkan kedalam : larutan yang bersifat asam, basa dan netral. Sebagai cara yang digunakan untuk menyatakan derajat keasaman, digunakan satuan PH yang sebetulnya adalah nilai logaritma dari konsentrasi ion hidrogen. Nilai PH berkisar antara 0 -14. Larutan yang mempunyai PH 0 - <7 adalah bersifat asam, >7 – 14 adalah bersifat basa, sedangkan kalau tepat 7 dinamakan netral. Apabila salah dalam mencampur pestisida dengan pestisida lain maka akan dapat menimbulkan toksisitas atau keracunan pada tanaman. Berdasarkan sifat kompatibilitasnya kadang-kadang pestisida dapat dicampur dengan pestisida lain yang bersifat asam atau basa. Hal ini bearti bahwa pestisida asam boleh dicampur dengan netral, atau pestisida basa dengan netral , tetapi tidak boleh pestisida asam dicampur dengan basa. Apabila sifat asam dan basa dicampur maka akan menimbulkan reaksi yang akan menimbulkan keracunan pada tanaman, sehingga tanaman dapat mati.
4.4. Praktikum pestisida
·         Hasil :
Ikan – ikan yang berada di dalam aqua mulai mabuk atau stress, terlihat gerakan ikan – ikan mulai bingung. Kemudian semakin lama gerakan ikan – ikan semakin ganas dan lincah, ikan juga terlihat melompat-lompat. Lama – kelamaan tenaga ikan mulai habis dan melemas. Tepat 8 menit ikan mati.
·         Pembahasan
Rotenon merupakan senyawa kimia bersifat insektisida yang diekstrak dari tanaman akar tuba (Derris eliptica & Derris maccensis). Sejak lama perasan akar tuba digunakan untuk meracuni ikan. Rotenon efektif untuk mengendalikan berbagai serangga hama, termasuk aphids, thrips, tungau, semut merah, dan sebagainya. Bila diaplikasikan ke air mampu mengendalikan larva nyamuk. Juga digunakan untuk mengendalikan ekto-parasit ternak (bidang peternakan) dan di bidang perikanan digunakan untuk mengendalikan ikan buas. Di bidang pertanian digunakan pada tanaman hias dan sayuran. Rotenon bekerja sebagai penghambat transport elektron pada respirasi serangga sasaran . Bersifat non-sistemik, racun kontak dan racun lambung. Rotenon beracun bagi ikan, dan sangat beracun bagi babi.
4.5. Praktikum Kelima
·         Hasil
No
Hari/tanggal
Hasil
Hidup
Mati
1
Senin, 17 Nopember
144
25
119
2
Selasa, 18 Nopember
63
10
53
3
Rabu, 19 Nopember
53
12
41
4
Kamis, 20 Nopember
48
17
31
5
Jumat, 21 Nopember
55
30
25
6
Sabtu, 22 November
50
15
35
7
Minggu, 23 Nopember
23
18
5
8
Senin, 24 Nopember
19
15
4
9
Selasa, 25 Nopember
16
14
2
10
Rabu, 26 Nopember
23
22
1
·         Pembahasan
Atraktan dapat digunakan untuk mengendalikan hama lalat buah dalam tiga cara, yaitu: mendeteksi atau memonitor populasi lalat buah, menarik lalat buah untuk kemudian dibunuh dengan perangkap, serta mengacaukan lalat buah dalam perkawinan, berkumpul, dan cara makan. Atraktan nabati dapat di peroleh dari tanaman yang mengandung bahan aktif yang bersifat paraferomon (sex feromon), senyawa (bahan aktif) yang memiliki aroma yang sama dihasilkan oleh serangga betina sehingga mampu menarik serangga jantan untuk datang.
Penggunaan atraktan dengan menggunakan bahan petrogenol merupakan cara pengendalian yang ramah lingkungan dan telah terbukti efektif. (Kardinan, 2003). Atraktan bisa berupa bahan kimia yang dikenal dengan semio chemicals. Semio chemicals dapat mempengaruhi tingkah laku serangga, seperti mencari makanan, peletakkan telur, hubungan seksual dan lainnya. Salah satu dari semio chemicals adalah kairomones. Sejenis kairomones yang dapat merangsang olfactory (alat sensor) serangga adalah petrogenol, yang merupakan atraktan lalat buah.
Penggunaan atraktan merupakan cara pengendalian hama lalat buah yang ramah lingkungan, karena baik komoditas yang dilindungi maupun lingkungannya tidak terkontaminasi oleh atraktan. Selain itu atraktan ini tidak membunuh serangga bukan sasaran (serangga berguna seperti lebah madu, serangga penyerbuk atau musuh alami hama), karena bersifat spesifik, yaitu hanya dapat menagkap hama lalat buah, sehingga tidak ada risiko atau dampak negatif dari penggunaannya.
Hama lalat buah (Bactrocera sp.) merupakan hama utama buah. Inangnya banyak yaitu mangga, jambu air, jambu biji, cabai, papaya, nangka, jeruk, melon, ketimun, tomat, alpukat, pisang dan belimbing. Kerugian yang ditimbulkan dapat secara kuantitatif maupun kualitatif. Kerugian kuantitatif yaitu berkurangnya produksi buah sebagai akibat rontoknya buah yang terserang sewaktu buah masih muda ataupun buah yang rusak serta busuk yang tidak laku dijual. Kualitatif yaitu buah yang cacat berupa bercak, busuk berlubang dan berulat yang akhirnya kurang diminati konsumen. Kerusakan buah dapat mencapai 100% jika tidak dilakukan pengendalian secara tepat. Penggunaan petrogenol sebagai umpan beracun (insektisida) telah diuji penggunaannya. Senyawa pemikat yaitu petrogenol mudah didapatkan di pasaran. Petrogenol dalam kemasan kecil (5 cc) di pasaran dijual seharga RP. 5.500. Senyawa pemikat (sex pheromone) bekerja sebagai penghubung antara individu jantan dan individu betina sehingga keduanya dapat menjalankan perilaku kawin dan kopulasi. Metil eugenol dikonsumsi oleh lalat jantan, kemudian di dalam tubuhnya diproses untuk menghasilkan sex pheromone yang diperlukan untuk menarik lalat betina (HEE dan TAN, 2001).
Keefektifan  petrogenol bergantung pada kondisi peletakan perangkap, semakin ternaungi sinar matahari semakin tahan lama dan sebaliknya semakin terbuka terhadap sinar matahari maka semakin cepat habisnya. Kandungan petrogenol mencapai puncaknya pada pagi hari, dan mulai menurun siang hari. Makin lama kandungan senyawa petrogenol makin menipis karena terbawa angina dan menguap bersama dengan udara. Hal tersebut memang benat tetapi pada pengamatan yang di lakukan selama 10 hari menunjukkan hasil yang tidak tentu serangga yang terperangkap. Ketidak tentuan itu lebih karena di sebabkan oleh keadaan lingkungan yang pada saat itu hujan turun tidak tentu waktunya. Setelah Hujan reda lalat akan keluar dari sarangnya dan mencium bau petrogenol sehingga terperangkap kedalam jebakan yang telah di buat.
BABV
PENUTUP
5.1.  Kesimpulan
1.      Ada 3 macam formulasi yaitu :
a.       Formulasi Padat : Wettable Powder (WP), Soluble Powder (SP), Butiran atau Granule (G), Water Dispersible Granule (WG atau WDG), Soluble Granule (SG), Tepung Hembus, Umpan atau Bait (B), Tablet, dan Padat lingkar.
b.      Formulasi Cair : Emulsifiable Concentrate atau Emulsible Concentrate (EC), Water Soluble Concentrate (WCS), Aquaeous Solution (AS), Soluble Liquid (SL), Ultra Low Volume (ULV), Pekatan dalam minyak (Oil concrentrat), Formulasi aerosol. Bentuk cair yang mudah menguap (liquefied gases).
c.       Formulasi gas
2.      Surfaktan mempunyai banyak peranan yang menguntungkan untuk kehidupan sehari-hari, seperti untuk bahan pembersih, pembuatan obat, kosmetik, dan meningkatkan kualitas pangan.
3.      Pestisida asam boleh dicampur dengan netral, atau pestisida basa dengan netral , tetapi tidak boleh pestisida asam dicampur dengan basa. Apabila sifat asam dan basa dicampur maka akan menimbulkan reaksi yang akan menimbulkan keracunan pada tanaman, sehingga tanaman dapat mati.
4.      Rotenon bekerja sebagai penghambat transport elektron pada respirasi serangga sasaran . Bersifat non-sistemik, racun kontak dan racun lambung. Rotenon beracun bagi ikan, dan sangat beracun bagi babi.
5.      Keefektifan  petrogenol bergantung pada kondisi peletakan perangkap, semakin ternaungi sinar matahari semakin tahan lama dan sebaliknya semakin terbuka terhadap sinar matahari maka semakin cepat habisnya.








DAFTAR PUSTAKA





Tidak ada komentar:

Posting Komentar