LAPORAN
PRAKTIKUM PESTISIDA DAN TEKNIK APLIKASI
(
BENTUK FISIK DAN FORMULASI PESTISIDA, FUNGSI SURFAKTAN, SIFAT ASAM BASA, UJI
TOKSISITAS, DAN UJI ATRAKTAN )
Dosen
Pembimbing :
Ir.
I Ketut Sumiartha, M.Agr.

Oleh
Kelompok B2 :
1. I
Made Redi Dwijaya Hendra 1305105013
2. Dwi
Cahya Halim 1305105048
3. Isnaini 1305105053
4. Umu
Sa’adah 1305105054
5. Lilik
Handayani 1305105055
6. Ni
Komang Hari Padmayani 1305105062
7. Ni
Luh Suriani 1305105063
8. I
Ngurah Mega Merta 1305105066
9. Dicky
Marsadi 1305105070
10. I
Gede Febrianto Maha Putra 1305105071
11. I
Kadek Ekadana 1305105075
12. Dewa
Ayu Putu Rista Swandewi 1305105078
13. I
Nyoman Tryadi Cahya Nugraha 1305105082
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2014
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-Nyalah laporan praktikum Pestisida
dan Teknik Aplikasi ini
dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Hal yang dibahas dalam laporan praktikum ini adalah mengenai “Sifat fisik dan
formulasi pestisida, fungsi surfaktan, sifat asam basa, uji toksisitas, dan uji
antraktan” sebagai salah satu syarat menempuh mata kuliah Pestisida dan Teknik
Aplikasi.
Ucapan terima kasih tidak lupa kami
ucapkan kepada semua yang telah berpartisipasi dan membantu kami dalam
pembuatan laporan ini. Khususnya kepada para dosen pembimbing dalam praktikum
yang telah mengarahkan dan membimbing kami dalam melaksanakan praktikum.
Penyusunan laporan ini sangat jauh
dari kata sempurna, untuk itu kritik dan saran pembaca sangat kami harapkan
demi memperbaikai laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi saya
dan pembaca pada saat ini dan di masa yang akan datang.
Denpasar,
8 Desember 2014
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.Latar
Belakang
Pestisida adalah substansi kimia dan bahan lain serta jasad renik dan
virus yang digunakan untuk mengendalikan berbagai hama. Yang dimaksud hama di
sini adalah sangat luas, yaitu serangga, tungau, tumbuhan pengganggu, penyakit
tanaman yang disebabkan oleh fungi (jamur), bakteria dan virus, kemudian
nematoda (bentuknya seperti cacing dengan ukuran mikroskopis), siput, tikus,
burung dan hewan lain yang dianggap merugikan. Pestisida juga diartikan sebagai
substansi kimia dan bahan lain yang mengatur dan atau menstimulir pertumbuhan
tanaman atau bagian-bagian tanaman, (e-petani, 2010).
Sesuai konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT), penggunaan pestisida
ditujukan bukan untuk memberantas atau membunuh hama, namun lebih dititik
beratkan untuk mengendalikan hama sedemikian rupa hingga berada dibawah batas
ambang ekonomi atau ambang kendali. Selama ini, kita mengetahui bahwa pestisida
sangat berguna dalam membantu petani merawat pertaniannya. Pestisida dapat
mencegah lahan pertanian dari serangan hama. Hal ini berarti jika para petani
menggunakan pestisida, hasil pertaniannya akan meningkat dan akan membuat hidup
para petani menjadi semakin sejahtera. Dengan adanya pemahaman tersebut,
pestisida sudah digunakan di hampir setiap lahan pertanian. Namun sekarang ini
banyak pemahaman yang salah tentang penggunaan dosis dari pestisida ini. Para
petani tidak mengindahkan anjuran pemakaian yang telah diterapkan oleh
pemerintah.
Jika melihat besarnya kehilangan hasil yang dapat diselamatkan berkat
penggunaan pestisida, maka dapat dikatakan bahwa peranan pestisida sangat besar
dan merupakan sarana penting yang sangat diperlukan dalam bidang pertanian.
Usaha intensifikasi pertanian yang dilakukan dengan menerapkan berbagai
teknologi maju seperti penggunaan pupuk, varietas unggul, perbaikan pengairan
dan pola tanam akan menyebabkan perubahan ekosistem yang sering diikuti oleh
meningkatnya problema serangan jasad pengganggu. Demikian pula usaha
ekstensifikasi pertanian dengan membuka lahan pertanian baru, yang berarti
melakukan perombakan ekosistem, sering kali diikuti dengan timbulnya masalah
serangan jasad pengganggu. Dan tampaknya saat ini yang dapat diandalkan untuk
melawan jasad pengganggu tersebut yang paling manjur hanya pestisida. Memang
tersedia cara lainnya, namun tidak mudah untuk dilakukan, kadang-kadang
memerlukan tenaga yang banyak, waktu dan biaya yang besar, hanya dapat
dilakukan dalam kondisi tertentu yang tidak dapat diharapkan efektifitasnya.
Pestisida saat ini masih berperan besar dalam menyelamatkan kehilangan hasil
yang disebabkan oleh jasad pengganggu.
Untuk mengetahui pestisida yang lebih lanjut lagi maka perlu dilakuakan
pengenalan sifat fisik dan formulasi pestisida, fungsi surfaktan, sifat-sifat
asam dan basa, uji toksisitas, dan uji atraktan. Maka dari itu dilakukanlah
praktikum ini.
1.2.Rumusan
Masalah
1. Apa
saja sifat fisik dan formulasi pestisida?
2. Apa
saja fungsi dari surfaktan?
3. Bagaimana
sifat-sifat asam dan basa pada pestisida?
4. Bagaimana
hasil uji toksisitas ( akar deris ) pada ikan?
5. Bagaimana
hasil uji atraktan ( petrogenol ) pada lalat buah?
1.3.Tujuan
Masalah
1. Untuk
mengetahui sifat fisik dan formulasi pestisida.
2. Untuk
mengetahui fungsi dari surfaktan.
3. Untuk
mengetahui sifat-sifat asam dan basa pada pestisida.
4. Untuk
mengetahui hasil uji toksisitas ( akar deris ) pada ikan.
5. Untuk
mengetahui hasil uji atraktan ( petrogenol ) pada lalat buah.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1. Formulasi Pestisida
Menurut
Butarbutar (2009), pestisida dalam bentuk teknis (technical grade) sebelum
digunakan perlu diformulasikan dahulu. Formulasi pestisida merupakan pengolahan
(processing) yang ditujukan untuk meningkatkan sifat-sifat yang berhubungan
dengan keamanan, penyimpanan, penanganan (handling), penggunaan, dan
keefektifan pestisida. Pestisida yang dijual telah diformulasikan sehingga
untuk penggunaannya pemakai tinggal mengikuti petunjuk-petunjuk yang diberikan
dalam manual. Menurut Munaf (1997), yang dimaksud dengan formulasi (formulated
product), ialah komposisi dan bentuk pestisida yang dipasarkan. Pestisida yang
terdapat dipasaran umumnya tidaklah merupakan bahan aktif 100%, karena selain
zat pengisi atau bahan tambahan yang tidak aktif 100%, karena selain zat
pengisi atau bahan tambahn yang tidak aktif (inert ingridient) juga da yang
berisi campuran dari 2 atau lebih pestisida.
Menurut
Djojosumarto dalam Runia (2008), produk jadi yang merupakan campuran fisik
antara bahan aktif dan bahan tambahan yang tidak aktif dinamakan formulasi.
Formulasi sangat menentukan bagaimana pestisida dengan bentuk dan komposisi
tertentu harus digunakan, berapa dosis atau takaran yang harus digunakan,
berapa frekuensi dan interval penggunaan, serta terhadap jasad sasaran apa
pestisida dengan formulasi tersebut dapat digunakan secara efektif. Selain itu,
formulasi pestisida juga menentukan aspek keamanan penggunaan pestisida dibuat
dan diedarkan dalam banyak macam formulasi, sebagai berikut:
1. Formulasi
Padat
a. Wettable
Powder (WP), merupakan sediaan bentuk tepung (ukuran partikel beberapa mikron)
dengan kadar bahan aktif relatif tinggi (50-80%), yang jika dicampur dengan air
akan membentuk suspensi. Pengaplikasian WP dengan cara disemprotkan. Contohnya:
Basimen 235.
b. Soluble
Powder (SP), merupakan formulasi berbentuk tepung yang jika dicampur air akan
membentuk larutan homogen. Digunakan dengan cara disemprotkan. Contohnya Dowpon
M.
c. Butiran
atau Granule (G), umumnya merupakan sediaan siap pakai dengan konsentrasi bahan
aktif rendah (sekitar 2%). Ukuran butiran bervariasi antara 0,7-1 mm. Pestisida
dicampur degan bahan pembawa, seperti tanah liat, pasir, tongkol jagung yang
ditumbuk. Pestisida butiran umumnya digunakan dengan cara ditaburkan di
lapangan (baik secara manual maupun dengan mesin penabur). Contoh: Lannate 2 D.
d. Water
Dispersible Granule (WG atau WDG), berbentuk butiran tetapi penggunaannya
sangat berbeda. Formulasi WDG harus diencerkan terlebih dahulu dengan air dan
digunakan dengan cara disemprotkan.
e. Soluble
Granule (SG), mirip dengan WDG yang juga harus diencerkan dalam air dan
digunakan dengan cara disemprotkan. Bedanya, jika dicampur dengan air, SG akan
membentuk larutan sempurna.
f. Tepung
Hembus, merupakan sediaan siap pakai (tidak perlu dicampur dengan air)
berbentuk tepung (ukuran partikel 10-30 mikron) dengan konsentrasi bahan aktif
rendah (2%) digunakan dengan cara dihembuskan (dusting).
g. Pekatan
debu atau Dust concentrate. Kadarnya biasnya antara 25-75%.
h. Umpan
atau Bait (B). Bahan aktif pestisida dicampurkan dengan bahan pembawa. Biasa
terdapat dalam bentuk bubuk, pasta, dan butiran. Penggunaannya dicampurkan
dengan bahan makanan yang disukai hewan sasaran. Contoh: Zink Fosfit (umpan
bubuk), Klerat RM.
i.
Tablet, terdapat dalam 2 bentuk:
1. Tablet
yang bila terkena udara akan menguap menjadi fumigant, yang umumnya digunakan
untuk gudang-gundang atau perpustakaan. Contoh: Phostoxin tablet.
2. Tablet
yang pada pengunaannya memerlukan pemanasan. Uap dari hasil pemanasan dapat
membunuh atau mengusir hama (nyamuk). Contoh: Fumakkila.
j.
Padat lingkar. Biasa digunakan dengan
membakar. Contoh: obat nyamuk bakar Moon Deer 0,2 MC.
2. Formulasi
Cair
a. Emulsifiable
Concentrate atau Emulsible Concentrate (EC), merupakan sediaan berbentuk
pekatan (konsentrat) cair dengan kandungan bahan aktif yang cukup tinggi. Oleh
karena menggunakan solvent berbasis minyak, konsentrat ini jika dicampur dengan
air akan membentuk emulsi (butiran benda cair yang melayang dalam media cair
lainnya). Bersama formulasi WP, formulasi EC merupakan formulasi klasik yang
paling banyak digunakan saat ini. Menurut Butarbutar (2009), EC (emulsible atau
emulsifiable concentrates) adalah larutan pekat pestisida yang diberi
emulsifier (bahan pengemulsi) untuk memudahkan penyampurannya yaitu agar
terjadi suspensi dari butiran-butiran kecil minyak dalam air. Suspensi minyak
dalam air ini merupakan emulsi. Bahan pengemulsi adalah sejenis detergen
(sabun) yang menyebabkan penyebaran butir-butir kecil minyak secara menyeluruh
dalam air pengencer. Secara tradisional insektisida digunakan dengan cara
penyemprotan bahan racun yang diencerkan dalam air, minyak, suspensi air,
dusting, dan butiran. Penyemprotan merupakan cara yang paling umum, mencakup
75% dari seluruh pemakaian insektisida, yang sebagian besar berasal dari
formulasi Emulsible Concentrates. Bila partikel air diencerkan dalam minyak
(kebalikan dari emulsi) maka hal ini disebut emulsi invert. EC yang telah
diencerkan dan diaduk hendaknya tidak mengandung gumpalan atau endapan setelah
24 jam. Contoh: grothion 50 EC, Basudin 60 EC
b. Water
Soluble Concentrate (WCS), merupakan formulasi yang mirip dengan EC, tetapi
karena menggunakan sistem solvent berbasis air maka konsentrat ini jika
dicampur air tidak membentuk emulsi, melainkan akan membentuk larutan homogen.
Umumnya formulasi ini digunakan dengan cara disemprotkan. Contoh: Azidrin 15
WSC.
c. Aquaeous
Solution (AS), merupakan pekatan yang bisa dilarutkan dalam air. Pestisida yang
diformulasi dalam bentuk AS umumnya yang dimorfulasikan dalam bentuk garam
herbisida asam yang memiliki kelarutan tinggi dalam air. Pestisida yang
diformulasi dalam bentuk ini digunakan dengan cara disemprotkan. Contoh:
2-metil-4-klorofenoksiasetat (MCPA) dan 2,4-diklorofenoksi asetat (2,4-D).
d. Soluble
Liquid (SL), merupakan pekatan cair. Jika dicampur air, pekatan cair ini akan
membentuk larutan. Pestisida ini juga digunakan dengan cara disemprotkan.
e. Ultra
Low Volume (ULV), merupakan sediaan khusus untuk penyemprotan dengan volume
ultra rendah, yaitu volume semprot antara 1-5 liter/hektar. Formulasi ULV
umumnya berbasis minyak karena untuk penyemprotan dengan volume ultra rendah
digunakan butiran semprot yang sangat halus.
f. Pekatan
dalam minyak (Oil concrentrat) adalah formulais cair yang berisi bahan aktif
dalam kosentrasi tinggi yang dilarutkan dalam pelarut hidrokarbon aromatik
seperti xilin atau nafta. Penggunaannya biasa diencerkan dengan pelarut
hidrokarbon yang lebih murah (missal solar), baru disemprotakan atau dikabutkan
(fogging). Contoh: Sevin 4 Oil.
g. Formulasi
aerosol. Dalam hal ini pestisida dilarutkan dalam elarut organik, dalam
kosentrasi rendah dimasukkan dalam kaleng berisi gas yang bertekanan, dikemas
dalam bentuk aerosol siap pakai. Contoh: Flygon aerosol.
h. Bentuk
cair yang mudah menguap (liquefied gases). Pestisida ini terdapat dalam bentuk
gas yang dimanpatkan pada tekanan tertentu dalam suatu kemasan. Penggunaannya
ialah dengan cara fumigasi ke dalam ruangan atau tumpukan bahan makanan atau
penyuntikan ke dalam tanah. Contoh: Methyl bromide.
3. Kode
Formulasi pada Nama Dagang
Bentuk formulasi dan kandungan bahan
aktif pestisida dicantumkan di belakang nama dagangnya. Adapun prinsip
pemberian nama dagang sebagai berikut:
a. Jika
diformulasi dalam bentuk padat, angka di belakang nama dagang menunjukkan
kandungan bahan aktif dalam persen. Sebagai contoh herbisida Karmex 80 WP
mengandung 80% bahan aktif. Insektisida Furadan 3 G berarti mengandung bahan
aktif 3%.
b. Jika
diformulasi dalam bentuk cair, angka di belakang nama dagang menunjukkan jumlah
gram atau mililiter (ml) bahan aktif untuk setiap liter produk. Sebagai contoh,
fungisida Score 250 EC mengandung 250 ml bahan aktif dalam setiap liter produk
Score 250 EC.
c. Jika
produk tersebut mengandung lebih dari satu macam bahan aktif maka kandungan
bahan-bahan aktifnya dicantumkan semua dan dipisahkan dengan garis miring.
Sebagai contoh, fungisida Ridomil Gold MZ 4/64 WP mengandung bahan-bahan aktif
metalaksil-M 4% dan mankozeb 64% dan diformulasi dalam bentuk WP.
2.2. Surfaktan
Surfaktan adalah zat
yang dapat mengaktifkan permukaan, karena cenderung untuk terkonsentrasi pada
permukaan (antar muka), atau zat yang dapat menaik dan menurunkan tegangan
permukaan. Tegangan permukaan adalah gaya dalam dyne yang bekerja pada
permukaan sepanjang 1 cm dan dinyatakan dalam dyne/cm, atau energi yang
diperlukan untuk memperbesar permukaan atau antarmuka sebesar 1 cm2
dan dinyatakan dalam erg/cm2. Surface tension umumnya terjadi
antara gas dan cairan sedangkan Interface tension umumnya terjadi antara
cairan dan cairan lainnya atau kadang antara padat dan zat lainnya (namun hal
ini belum diteliti).
Beberapa kegunaan
surfaktan antara lain yaitu : Deterjen, pelembut kain, pengemulsi, cat, adesif,
tinta, anti – fogging, remidiasi tanah, pendispersi, pembasah, Ski wax
dan snowboard wax, daur ulang kertas, pengapungan, pencuci, zat busa,
penghilang busa, laxatives, formula agrokimia, herbisida dan
insektisida, coating, sanitasi, sampo, pelembut rambut, spermicide,
pemipaan pemadam kebakaran, pendeteksi kebocoran, dsb.
1.
Klasifikasi Surfaktan
Ada cara penggolongan
zat aktif permukaan yang umum yaitu:
1)
Menurut sifat elektrokimia atau ionisasi molekul.
Schwartz dan Perry menyebutkan bahwa molekul zat aktif permukaan
terdiri dari dua gugus yang penting, yaitu gugus liofil (menarik pelarut) dan
gugus liofob (menolak pelarut). Gugus liofob biasanya terdiri dari rantai
alifatik atau aromatik, atau gugus aril alkil (aralkil) yang biasanya terdiri
dari paling sedikit sepuluh atom karbon.
Dalam medium air sebagai pelarut, gugus liofob yang juga disebut
gugus hidrofob bersifat menjauhi air. Sedang gugus liofil atau dalam air
dikenal sebagai gugus hidrofil lebih banyak menentukan sifat – sifat kimia
fisika zat aktif permukaan daripada gugus hidrofob.
Sifat dari pada zat aktif permukaan juga bergantung pada macamnya
gugus hidrofil, yang dapat dibagi sebagai berikut :
i.
Zat aktif anion
Terjadi ionisasi dalam
larutan dengan rantai panjang yang membawa muatan negatif.
ii.
Zat aktif kation
Terjadi ionisasi dalam larutan dengan rantai panjang yang membawa
muatan positif.
iii.
Zat aktif nonion
Tak terionisasi dalam larutan dan stabil dalam keadaan asam maupun
alkali.
Terionisasi dalam larutan dengan rantai panjang yang membawa
muatan negatif maupun positif, tergantung pada suasana pH larutan.
2)
Menurut struktur kimia
Agster menyusun golongan ini atas tujuh bagian, penggolongan ini
erat hubungannya dengan cara pembuatan zat aktif permukaan. Misalnya dengan
cara penyabunan atau kondensasi terhadap asam lemak, sulfotasi terhadap rantai
alifatik tinggi, dan sebagainya.
Penggolongan menurut struktur
kimia dapat dibagi sebagai berikut :
1.
Sabun
Contoh : Na-laurat,
Na-palmitat, Na-stearat, Na-oleat, dsb.
2.
Minyak-minyak yang disulfatkan/disulfonkan.
Contoh : Minyak jarak
yang disulfatkan (TRO).
3.
Parafin atau olefin yang disulfurkan.
Contoh : senyawa sulfochlorida
yang disabunkan (Mersolat), olefin yang disulfatkan (Tepol).
4.
Aralkil sulfonat
Contoh : alkil benzo
sulfonat, naftalin sulfonat seperti 1-iso propil natalin 2-sulfonat-Na
(Nekal A), dsb.
5.
Alkil sulfat
Contoh : Alkil sulfat
primer/ dari alkil alkohol primer seperti asam malonat anhidrat + alkohol
dengan Na-bisulfit (Nacconol. LAL), Alkil sulfat sekunder/ dari alkil alkohol
sekunder.
6.
Kondensat asam lemak.
Contoh : kondensat
dengan gugus amino (Medialan A, Sapamine A), kondensat mengandung gugus oksi
(Immersol S, Soromin A), kondensat dengan gugus inti aromatik (Melioaran F).
7.
Persenyawaan polietilenaoksida (poliglikoeter).
Contoh : Alkil amin
poliglikol eter (Peregal OK), Dispersol E.
3)
Menurut kelarutannya
a.
Surfaktan yang larut dalam minyak
Ada tiga yang termasuk
dalam golongan ini, yaitu senyawa polar berantai panjang, senyawa fluorokarbon,
dan senyawa silikon.
b.
Surfaktan yang larut dalam pelarut air
Golongan ini banyak
digunakan antara lain sebagai zat pembasah, zat pembusa, zat pengemulsi, zat
anti busa, deterjen, zat flotasi, pencegah korosi, dan lain-lain. Ada empat
yang termasuk dalam golongan ini, yaitu surfaktan anion yang bermuatan negatif,
surfaktan yang bermuatan positif, surfaktan nonion yang tak terionisasi dalam
larutan, dan surfaktan amfoter yang bermuatan negatif dan positif bergantung
pada pH-nya.
2.3. Sifat Asam dan Basa
1. Sifat Basa
Istilah
basa berasal dari bahasa arab yang berarti abu. Suatu senyawa dikelompokan
menjadi basa jika zat tersebut dilarutkan ke dalam air menghasilkan ion hidroksida
(OH). Zat yang bersifat basa antara lain: Natrium Hidroksida (NaOH), Kalium
Hidroksida (KOH), pasta gigi dan sabun.
Secara
umum senyawa basa memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
·
Mempunyai rasa pahit
·
Terasa licin jika terkena
air, misalnya sabun
·
Dapat menghantarkan arus listrik (konduktor)
·
Jika dilarutkan ke dalam
air menghasilkan ion hidroksida (OH)
·
Bersifat kaustik artinya dapat merusak kulit
·
Dapat merubah warna indikator kertas lakmus merah menjadi biru
·
Memiliki pH lebih dari 7. Semakin besar nilah pH suatu zat maka
semakin kuat derajat kebasaanya.
2. Sifat Asam
Istilah asam berasal
dari bahasa latin yaitu acetum yang berarti cuka. Pengertian asam menurut
Arhenius adalah zat yang menghasilkan ion H+ didalam air. Jadi asam dapat
diartikan sebagai senyawa yang menghasilkan ion hydrogen (H+) ketika dilarutkan
ke dalam air.Zat yang bersifat asam antara lain : asam khlorida (HCI), air aki
(asam sulfat) dan pembersih porselin.
Secara umum senyawa asam memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
·
Mempunyai rasa asam
·
Dapat merubah warna indikator misalnya kertas lamus biru menjadi
merah
·
Bersifat korosif terhadap logam
·
Dapat menghantarkan listrik (konduktor)
·
Jika dilarutkan ke dalam
air menghasilkan ion hydrogen (H+)
·
Memiliki nilai pH (derajat keasaman) kurang dari 7. Semakin kecil
nilai pH suatu zat maka semakin kuat sifat keasamannya.
Zat yang bersifat asam basa banyak terdapat dalam kehidupan
sehari hari Asam sitrat, vitamin C tidak lain dari asam askorbat, asam asetat,
yaitu cuka, asam karbonat dapat memberikan rasa segar dalam minuman ringan,
asam sulfat untuk Akumulator. Contoh basa
: Amoniak untuk pelarut desinfektan. Soda api (natrium hidroksida) untuk
membersihkan saluran bak cuci, alumunium hidroksida dan magnesium hidroksida
untuk obat nyeri lambung.
3. Menentukan pH Suatu
Larutan
Derajat keasaman (pH) suatu larutan dapat
ditentukan menggunakan indikator universal, indikator stick, larutan indiaktor,
dan pH meter.
a.
Indikator Universal.
Indikator universal merupakan campuran dari bermacam-macam
indikator yang dapat menunjukkan pH suatu larutan dari perubahan warnanya.
Indikator universal ada dua macam yaitu indikator yang berupa kertas dan
larutan.
b.
Indikator Kertas (Indikator Stick)
Indikator kertas berupa kertas serap dan tiap kotak kemasan
indikator jenis ini dilengkapi dengan peta warna. Penggunaannya sangat
sederhana, sehelai indikator dicelupkan ke dalam larutan yang akan diukur
pH-nya. Kemudian dibandingkan dengan peta warna yang tersedia.
c.
pH Meter
Pengujian sifat
larutan asam basa dapat juga menggunakan pH meter. Penggunaan alat ini dengan
cara dicelupkan pada larutan yang akan diuji, pada pH meter akan muncul angka
skala yang menunjukkan pH larutan.
2.4. Toksisitas Pestisida
1.
Bahaya Pestisida
Walaupun pestisida ini mempunyai manfaat
yang cukup besar pada masyarakat, namun dapat pula memberikan dampak negative
pada manusia dan lingkungan. Pada manusia pestisida dapat menimbulkan keracunan
yang dapat mengancam jiwa manusia atau menimbulkan penyakit atau cacat. Dapat
dikatakan bahwa tidak satu pun zat kimia yang tanpa resiko, namun dapat
digunakan dengan aman dan efektif bila cara memegang, menggunakan, menyimpan,
transportasi sesuai dengan petunjuk atau aturan yang tertera pada label dalam
wadah atau pembungkus dari pabrik yang memproduksinya.
2.
Toksisitas Akut Pestisida
Besarnya daya racun suatu pestisida dinilai
dari toksiksitasnya. Toksiksitas akut pestisida dapat dinyatakan dengan 2
simbol, yaitu: LD 50 (Lethal Dose 50) atau LC 50 (Lethal Concentration 50)
ialah kadar atau kosentrasi pestisida yang diperkirakan dapat membunuh 50
persen binatang percobaan. Satuannya ialah mg bahan aktif suatu pestisida per
kg berat badan binatang percobaan (mg/kg). Penentuaan toksiksitas akut
pestisida dapat digunakan bintang percobaan: tikus putih, anjing, burung atau
ikan. Dikatakan bahwa tikus secara biologis mempunyai sifat sama seperti
manusia, sehingga dapat diasumsikan bahwa sensitivitas pada tikus relatif sama
dengan manusia.
Toksiksitas pestisida sangat tergantung pada
cara masuknya pestisida ke dalam tubuh. Pada penentuan toksiksitas pestisida
per oral, pestisida diberikan melalui makanan dan diperoleh LD 50 oral, dan
yang melalui kulit diperoleh LD 50 dermal, dan bila pemaparan melalui air atau
udara (terhisap) ditentukan LC 50 selama 24 jam, 48 jam, 96 jam, dan seterusnya
(lama waktu pemaparan). LC umumnya dinyatakan dalam ppm (part per million) atau
ppb (part per bilion).
Faktor-faktor
yang perlu diperhatikan dalam menentukan toksiksitas suatu pestisida ialah:
a) Route pemakaian atau
pemaparan per oral, dermal, inhalasi.
b) Untuk LC 50 perlu
dinyatakan berapa lama waktu pemaparan, biasanya dipakai waktu 24 jam, 48 jam,
atau 96 jam.
c) Pestisida umunya
dinyatakan dalam bentuk bahan aktif tunggal, dan jarang sekali sebagai bahan
formula.
d)Toksiksitas yang ditetapkan bersifat akut, bukan toksiksitas
kronis.
e) Semakin kecil angka
toksiksitas suatu pestisida semakin toksik (semkain kuat efek toksiknya).
f) Nilai LD 50 atau LC 50
akan berubah bila bercampur dengan bahan kimia yang tidak toksik, tetapi
bersifat sinergis atau antagonis terhadap bahan aktif.
g) Pencampuran dengan bahan
sinergis mengakibatkan pestisida tersebut semakin toksik (LD 50 semkin kecil),
dan sebaliknya dengan bahan antagonis akan menurunkan toksiksitasnya.
2.5. Atraktan pada lalat buah
Atraktan
adalah aroma atau bau yang mampu merangsang hewan untuk tertarik atau mendekat
karena menyukai aromanya. Manfaat Atraktan ini sebagai penangkap, perangkap dan
pembasmi serangga atau binatang lain.
Lalat buah merupakan hama utama pada
budi daya tanaman hortikultura. Hama ini menyebabkan buah muda jatuh atau buah
berbelatung sehingga kualitasnya turun. Selain itu, lalat buah hidup
bersimbiose egativeic dengan beberapa jenis bakteri dan merupakan egati dari
bakteri E. coli.
Berbagai cara pengendalian lalat buah
telah dilakukan, salah satunya adalah dengan menggunakan atraktan dengan bahan
aktif metil eugenol. Atraktan dapat dibuat dari tanaman (atraktan nabati)
dengan harga yang jauh lebih murah dengan efektivitas yang tinggi, yaitu dari
tanaman selasih (Ocimum spp.) dan Melelauca bracteata. Atraktan nabati
sudah
diuji efektivitasnya di beberapa lokasi dan menunjukkan hasil yang cukup
memuaskan dalam mengendalikan hama lalat buah. Atraktan nabati sangat
dibutuhkan oleh para petani dan praktisi di bidang hortikultura, khususnya
buah-buahan, sehingga teknologi ini sangat dinantikan oleh mereka. Atraktan
nabati dapat digunakan di semua lokasi di mana tanaman hortikultura
dibudidayakan.
Hasil pengujian di beberapa daerah
menunjukkan bahwa atraktan nabati ini mampu memerangkap lalat buah per
minggunya dalam satu perangkap berkisar dari puluhan, ratusan hingga ribuan,
bergantung pada komoditas, cuaca, dan lokasi. Atraktan mampu bertahan hingga
satu bulan, namun pada minggu kedua daya tangkapnya sudah mulai menurun,
sehingga penambahan atraktan perlu dilakukan setiap dua minggu. Atraktan ini
bersifat spesifik untuk hama lalat buah. Penggunaan atraktan merupakan cara
pengendalian hama lalat buah yang ramah lingkungan, karena baik komoditas yang
dilindungi maupun lingkungannya tidak terkontaminasi oleh atraktan. Selain itu
atraktan ini tidak membunuh serangga bukan sasaran (serangga berguna seperti
lebah madu, serangga penyerbuk atau musuh alami hama), karena bersifat
spesifik, yaitu hanya memerangkap hama lalat buah, sehingga tidak ada risiko atau
dampak egative dari penggunaannya.
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1. Waktu dan Tempat
a) Praktikum pertama :
Ø Waktu : hari Senin tanggal 6 Oktober 2014 pukul
03.00 Wita.
Ø Tempat : Laboratorium Pestisida Universitas
Udayana jl. PB. Sudirman Denpasar.
b) Praktikum kedua :
Ø Waktu : hari Senin tanggal 13 Oktober 2014 pukul 03.00 Wita.
Ø Tempat : Laboratorium Pestisida Universitas
Udayana jl. PB. Sudirman Denpasar.
c) Praktikum ketiga :
Ø Waktu : hari Senin tanggal 20 Oktober 2014 pukul 03.00 Wita.
Ø Tempat : Laboratorium Pestisida Universitas
Udayana jl. PB. Sudirman Denpasar.
d)Praktikum keempat :
Ø Waktu : hari Senin tanggal 27 Oktober 2014 pukul 03.00 Wita.
Ø Tempat : Laboratorium Pestisida Universitas
Udayana jl. PB. Sudirman Denpasar.
e) Praktikum kelima :
Ø Waktu : hari Senin tanggal 17 Oktober 2014 pukul 03.00 Wita.
Ø Tempat : Kebun Percobaan Pegok Denpasar.
3.2. Alat, Bahan dan Cara
Kerja
a)
Praktikum pertama
· Formulasi padat misalnya
: WP, S, G
· Formulasi cair misalnya
: EC, WSC, F
· Formulasi gas
· Air
· Tabung Reaksi
· Pengaduk
Cara kerja :
·
Campurkan satu sendok kecil formulasi pestisida EC, WSC, WP
kedalam air, amati apa yang terjadi dan bagaimana perubahan warnanya.
·
Berikan contoh-contoh pestisida yg formulasinya disebutkan dalam
contoh tersebut dalam 1.1 s/d 1.3.
·
Tambahkan pula formulasi lain yang belum ada dalam contoh tersebut
diatas
·
berikan beberapa contoh Nama dagang, Bahan aktif serta kandungan
bahan aktif beserta formulasinya dari Insektisida (4jenis), Fungisida (3jenis),
Herbisida (3 jenis), Rodentisida (3jenis), Fumigan (2jenis).
b)
Praktikum kedua
· Bahan yang dibutuhkan
dalam praktikum ini :
a. Tabung
reaksi
b. Twin 80 (surfaktatn)
c. Air
d. Tepung
e. Detergen
f. Bubuk kopi
g. Campuran kopi dan gula
h. Debu basah
i.
Debu kering
j.
Debu detergen
k. Minyak
l.
Minyak surfaktan twin
80
m. Daun talas
·
Cara kera
1. Siapkan 10 tabung reaksi, masing- masing diisi air hingga ¾
tabung tersebut.
2. Campurkan masing-masing bahan kedalam tabung yang berisi air
tersebut, seperti detergen, kopi, kopi ynag dicampur gula, debubasah, debu
kering, debu detergen, minyak, dan minyak surfaktan
3. Lihat dan catat reaksi yang terjadi.
4. Pada daun talas, terlebih dahulu letakkan sedikit air diatas
daunt alas tersebut, lihat reaksi yang terjadi.
5. Setelah itu ambil daun talas yang baru, kemudian camburkan
air yang baru dengan minyak surfaktan twin 80.
6. Campuran air dengan surfaktan tersebut letakkan diatas daun
talas, lihat reaksi yang terjadi.
c)
Praktikum ketiga
a) Alat dan bahan :
·
Air kapur
·
Air got
·
Air sumur
·
Air pam
·
Air suling
·
Air fungisida
·
Air insektisida
·
Atonik ( ZPT )
·
Kertas lakmus
·
Tabel lakmus
b) Cara kerja :
·
Masukkan kertas pada media yang akan di uji.
·
Setelah kertas lakmus dicelupkan pada media yang akan diuji, amati
perubahan warna dari kertas lakmus tersebut.
d) Praktikum keempat
a) Alat dan bahan :
·
Akar tanaman derris
·
Ikan dimasukkan dalam aqua berisi air.
b) Cara kerja :
·
Beberapa ikan – ikan kecil,
dimasukkan kedalam wadah aqua yang berisi air.
·
Akar tanaman derris ditumbuk dan diperas pada wadah yang berisi
ikan.
·
Amati reaksi yang terjadi.
e)
Praktikum kelima
a) Alat dan Bahan
·
Petrogenol
·
Botol aqua tanggung
·
Kapas
·
Alat suntik
·
Kawat pengait/penggantung
b) Cara kerja
Botol plastik aqua dipotong ujungnya, kemudian dipasang terbalik
sehingga tampak seperti bubu. Didalamnya dipasang kapas yg sudah dicelupkan
pitrogenol, kemudian digantung diareal kebun buah.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Praktikum Pertama
1)
4 jenis insektisida
1. Bomber 20
EC ( permetrin 20 g/l )

Nomor
pendaftaran: RI. 1816/4–2008/T
Bomber 20 EC dengan kandungan bahan aktif permetrin 20
g/l merupakan insektisida piretroid yang memiliki daya kerja sebagai
racun kontak dan racun perut yang kuat untuk mengendalikan hama pada tanaman.
Keunggulan menggunakan bomber 20
ec :
·
Mengendalikan
banyak jenis hama
·
Bomber
20 ec efektif mengendalikan jenis ulat, kutu, belalang dan berbagai
jenis serangga penusuk-penghisap dan penggerek lainnya dari ordo lepidoptera,
hemiptera, homoptera dan coleoptera.
·
Mengendalikan
tuntas dengan daya kerja kuat :
Bomber 20 ec dengan daya kerja yang
kuat mengendalikan serangga hama yang terkena semprotan secara langsung atau
yang bersentuhan dengan bagian tanaman yang disemprot, dan serangga hama yang
memakan daun/bagian lain dari tanaman yang telah disemprot.
·
Bekerja
ganda :
Bomber 20 ec melumpuhkan dan mematikan
serangga hama dengan cepat, sehingga tanaman terhindar dari kerusakan oleh
serangan hama.
·
Petunjuk penggunaan yang terdaftar :
Tanaman dan Hama
Sasaran |
Konsentrasi
Formulasi |
Cara dan Waktu
Aplikasi |
Cabai
Ulat
grayak
Spodoptera
litura
|
3 - 4 ml/l
|
Aplikasi
dilakukan dengan cara penyemprotan volume tinggi pada saat
populasi/intensitas serangan hama telah mencapai ambang pengendaliannya
sesuai dengan rekomendasi setempat.
Apabila
belum jelas hubungi petugas pertanian yang berwenang.
|
Kedelai
Ulat
grayak
Spodoptera
litura
|
3 - 4 ml/l
|
Permetrin diketahui efektif juga terhadap
hama-hama pada bawang merah
(ulat grayak), cabai (penghisap
daun), kedelai (lalat pucuk,
pengisap polong), kentang
(thrips), kubis (perusak daun), lada (penghisap buah, penghisap
bunga), melon dan semangka (kutu
daun dan thrips), tembakau (ulat
grayak), tomat (penggerek buah),
kelapa sawit (ulat api) dan kakao (penghisap buah).
2
BRASSO
250 EC (sipermetrin 250 g/l)

Nomor pendaftaran: RI. 01010120114114
Brasso 250
EC, mengandung bahan aktif sipermetrin
250 g/l, merupakan insektisida piretroid yang lebih efisien dengan daya kerja
yang kuat sebagai racun kontak dan racun perut terhadap serangga perusak
tanaman.
·
Keunggulan brasso 250 ec :
a.
Mengendalikan banyak jenis serangga hama
Brasso 250 ec efektif
mengendalikan berbagai jenis ulat, kutu, belalang dan berbagai jenis serangga
penusuk-penghisap dan penggerek lainnya dari ordo Lepidoptera, Hemiptera,
Homoptera dan Coleoptera.
b. Mengendalikan
hama tanaman dengan cepat &tuntas
Brasso 250 EC cepat
melumpuhkan dan mematikan serangga hama, dan daya kerjanya sebagai racun kontak
dan racun perut dapat menyebabkan serangga hama mati setelah terkena semprotan
langsung, bersentuhan atau memakan daun/bagian lain tanaman yang di semprot,
sehingga hama tanaman dapat dikendalikan secara tuntas.
·
Dosis pemakaian rendah
Brasso 250 EC dengan kandungan bahan aktif
sipermetrin 250 g/l mengandung bahan aktif tertinggi dikelasnya, sehingga dosis
pemakaian lebih rendah dibandingkan dengan formulasi lain dengan kandungan
sipermetrin yang lebih rendah.
·
Petunjuk penggunaan yang terdaftar
Tanaman dan Hama Sasaran
|
Konsentrasi Formulasi
|
Cara dan Waktu Aplikasi
|
KAKAO
Penghisap
buah
Helopeltis
antonii
Penggerek
buah
Conopomorpha
cramerella
|
0,5 - 1,0 ml/l
0,5 - 1,0 ml/l
|
Aplikasi
dilakukan dengan cara penyemprotan volume tinggi pada saat
populasi/intensitas serangan hama telah mencapai ambang pengendaliannya
sesuai dengan rekomendasi setempat.
Volume
semprot 300 - 500 liter/ha tergantung dari umur tanaman.
Apabila
belum jelas hubungi petugas pertanian yang berwenang.
|
Sipermetrin diketahui efektif terhadap
hama-hama pada bawang merah
(ulat grayak), cabai (ulat
grayak, penghisap daun), jagung
(belalang), kapas (penggerek
buah, penggerek polong), kedelai
(ulat grayak), kelapa sawit
(ulat api), kentang (trips), kubis (perusak daun), lada (penghisap buah, penghisap
bunga), melon dan semangka (kutu
daun, trips), teh (penghisap
daun, penggulung daun), tembakau (ulat
grayak, penggerek pucuk dan perusak daun) dan tomat (penggerek buah).
Catatan : Jika dianggap perlu, BRASSO 250
EC dapat dicampur dengan EMCINDO 500 EC, POKSINDO 200 EC atau insektisida lain
yang tidak bersifat basa dari golongan organofosfat, karbamat dan Bacillus
thuringiensis (BT).
3.
INDOCRON
500 EC ( profenofos 500 g/l )

Nomor Pendaftaran : RI. 01010120062428
Indocron
500 EC mengandung bahan aktif profenofos 500 g/l adalah insektisida dari golongan organofosfat yang unik,
dalam kemampuan menghambat enzym cholinesterase. Dapat diserap seluruh
bagian tanaman, sehingga serangga hama yang memakan setiap bagian tanaman
akan mati. Serangga hama akan mati pula bila terkena langsung semprotan atau
bersentuhan dengan permukaan daun/bagian lain dari tanaman yang disemprot.
Indocron 500 EC insektisida dan akarisida untuk mengendalikan hama
ulat dan kutu - kutuan pada tanaman pangan, sayuran, palawija, dan
perkebunan yang bekerja sebagai racun kontak dan perut, dengan daya
translaminar serta ovisidal untuk mematikan telur serangga.
·
Spektrum luas :
Mematikan berbagai jenis ulat dan hama kutu-kutuan dan hama
serangga lainnya.
·
Mempunyai efek sistemik translaminar :
Indocron
500 EC Dapat masuk ke seluruh
permukaan daun dari bagian atas sampai permukaan daun bagian bawah. Sehingga
sangat efektif untuk mengendalikan hama yang berada/bersembunyi dibagian bawah
permukaan daun yang tidak terkena semprotan langsung insektisida.
·
Mempunyai efek ovisidal :
Indocron
500 EC Berbahan aktif profenofos yang mempunyai sifat
disamping dapat membunuh ulat dan serangga dewasa juga dapat membunuh telur
serangga.
Tanaman dan Hama
Sasaran
|
Konsentrasi
Formulasi
|
Cara dan Waktu
Aplikasi
|
Cabai
Kutu
daun Myzus
persicae
Hama trips
|
0,75
1,5 ml/l
|
Aplikasi dilakukan dengan cara
penyemprotan volume tinggi pada saat populasi/intensitas serangan hama telah
mencapai ambang pengendaliannya sesuai dengan rekomendasi setempat.
Volume semprot 300 - 500 liter/ha
tergantung dari umur tanaman.
Apabila belum jelas hubungi
petugas pertanian yang berwenang.
|
·
Petunjuk
penggunaan yang terdaftar :
Profenofos diketahui efektif juga terhadap
hama Lalat buah Dacus ferrugineus dan ulat grayak Spodoptera litura
pada tanaman cabai; Kutu daun Diaphorina citri pada tanaman jeruk;
Perusak daun Plusia chalcites dan ulat grayak Spodoptera sp. pada
tanaman kacang hijau; Penggerek buah Earias sp. dan penggerek
pucuk Heliothis sp.pada tanaman kapas; Penggerek umbi Phthorimaea
operculella dan hama Thrips sp. pada tanaman kentang; Perusak daun Crocidolomia
binotalis dan Plutella xylostella pada tanaman kubis; Kutu daun Myzus
persicae, hama Thrips sp., kumbang pemakan daun Aulacophora sp.,
kutu daun Aphis sp.dan lalat buah Dacus sp. pada tanaman
semangka; Penggerek batang Chilo auricillius dan C. sacchraiphagus
pada tanaman tebu; Penggerek pucuk Heliothis sp. dan ulat grayak Spodoptera
litura pada tanaman tembakau; Ulat buah Heliothis armigera pada
tanaman tomat.
4. DELTA 25 EC ( deltametrin
25 g/l )

Nomor pendaftaran: RI. 1684/8–2007/T
Delta 25
EC dengan kandungan bahan aktif deltametrin 25 g/l bekerja sebagai racun kontak maupun racun lambung yang
cepat mematikan serangga hama dengan merusak sistem syaraf. Delta 25 EC insektisida piretroid
berspektrum luas dengan dosis penggunaan yang rendah mengatasi serangan
berbagai jenis hama tanaman.
·
Berspektrum luas :
Delta 25
EC efektif terhadap berbagai jenis
ulat, kutu, lalat, belalang dan serangga hama lainnya dari ordo Lepidoptera,
Coleoptera, Heteroptera, Homoptera dan Thysanoptera pada banyak
jenis tanaman pangan, palawija, sayuran, buah-buahan dan perkebunan.
·
Dosis penggunaan rendah :
Delta 25 EC efektif
mengendalikan berbagai jenis hama tanaman dengan dosis rendah (0,25-1,0 ml./l)
·
Bekerja ganda :
Delta 25
EC bekerja
cepat sebagai racun kontak dan lambung, sehingga serangga hama akan segera mati
apabila terkena langsung butiran semprot atau setelah menyentuh atau memakan
daun atau bagian tanaman lainnya yang terkena butiran semprot.
Tanaman dan Hama
Sasaran
|
Dosis /
Konsentrasi
|
Cara dan Waktu
AplikasI
|
Cabai
Kutu daun
Myzus persicae
Hama trips
Thrips sp.
|
0,25
- 0,5 ml/l
0,25
- 0,5 ml/l
|
Aplikasi dilakukan dengan cara
penyemprotan volume tinggi pada saat populasi/intensitas serangan hama telah
mencapai ambang pengendaliannya sesuai dengan rekomendasi setempat.
Volume semprot 300 - 500 liter/ha
tergantung dari umur tanaman.
Apabila belum jelas hubungi
petugas pertanian yang berwenang.
|
Kakao
Penghisap buah
Helopeltis antonii
|
0,4
- 0,5 ml/l
|
|
Kedelai
Ulat grayak
Spodoptera litura
|
0,5
- 1,0 ml/l
|
|
Kelapa
sawit
Ulat api
Setothosea asigna
|
62,5
- 125 ml/ha
|
·
Petunjuk penggunaan yang terdaftar :
deltametrin diketahui efektif juga terhadap
hama-hama pada bawang merah
(ulat grayak), cabai (ulat
grayak, lalat buah), jagung
(belalang), kacang hijau (lalat
bibit), kapas (penggerek buah
dan penggerek pucuk), kedelai (lalat
bibit, perusak daun, pengisap polong), kentang
(kutu daun dan thrips), kubis
(perusak daun), lada (penghisap
buah, penghisap bunga, bubuk buah), semangka
(kutu daun dan thrips), teh
(penghisap daun), tembakau
(penggerek pucuk dan ulat grayak), tomat
(penggerek buah).
2)
3 jenis fungisida
1.
|
Cupravit
OB 21
|
Bahan aktif : Tembagaoksiklorida
50%
No pendaftaran : RI.
87/01-90/T
Cuprafit OB 21 adalah fungisida
yang bersifat fungistatik berbentuk bubuk bewarna biru kehijauan yang dapat
disuspensikan dalam air untuk mengendalikan penyakit pada tanaman anggur, cabai
merah, jeruk, kacang tanah, kakao, kentang, kopi, panili, teh, tembakau dan
tomat
|
2
|
Ridomil
Fungisida
|
Tipe : 35 SD
No Pendaftaran : RI 450/9-90/T
Bahan Aktif : Metalaksil 35 %
Berat Bersih : 20 x 5 gram
Fungisida sistemik , berbentuk
tepung berwarna merah muda digunakan untuk mencegah dan mengendalikan
penyakit bulai sclerospora maydis pada tanaman jagung dengan cara perlakuan
benih
Petunjuk Pengunaan :
Perhatian : ridomil adalah suatu
fungisida sistemik, penggunaan yang terus-menerus memungkinkan terjadinya
strain cendawan yang resistem. CIBA – GFIGY tidak menjamin akibat kerusakan/
kehilangan hasil tanaman dalam menanggulangi strain cendawan yang resistem.
|
3
|
Revus
Fungisida
|
Tipe :
250c
No. Pendaftaran :
RI. 2794/4-2007/T
Bahan Aktif :
Mandipropamid 250 g/i
Isi :
50 ml
Tanggal Produksi :
Jak 7J01003 Sep
Peringatan Bahaya :
Dapat menyebabkan keracunan
melalui kulit, mulut, dan mata
Petunjuk Pengamanan :
Jauhkan dari jangkauan anak-
anak
Petunjuk Penggunaan : Bacalah petunjuk penggunaan selengkapnya untukmenggunakan
fungisida
Pemegang Pendaftaran: PT. Syngenta Indonesia Perkantoran Hijau
Arkandia Tower C Lantai 9. Jln. TB Simatupang Kav. 88 Jakarta 12520. Telp.
(021) 78836979, 867276
Fungisida protektif bersih
sistemik lokal. Berbentuk pekatan yang larut dalam air, berwarna putih
kecoklat-coklatan untuk mencegah dan menghentikan penyakit secara cepat pada
tanaman bawang merah, cabai, kentang, ketimun, melon, semangka dan tomat.
|
3)
3 jenis herbisida
1.
Merk dagang: NUFARIS
bahan aktif: Isopropilaminaglifosat
jenis formulasi: cairan
selektifitas: selektif
waktu aplikasi: pada saat gulma tumbuh subur
tanaman sasaran: karet dan kelapa sawit
gulma sasaran dan dosis: Axonopus compressus, Paspalum conjugatum, Mimosa pudica dengan dosis 2-4 l/ha
volume semprot: 200-500 l/ha
mekanisme kerja: penyemprotan dilakukan dengan menggunakan knapsack sprayer/ Pakailah semprotan punggung yang bertekanan tetap dan nosel polijet untuk mendapatkan hasil semprotan yang rata.
bahan aktif: Isopropilaminaglifosat
jenis formulasi: cairan
selektifitas: selektif
waktu aplikasi: pada saat gulma tumbuh subur
tanaman sasaran: karet dan kelapa sawit
gulma sasaran dan dosis: Axonopus compressus, Paspalum conjugatum, Mimosa pudica dengan dosis 2-4 l/ha
volume semprot: 200-500 l/ha
mekanisme kerja: penyemprotan dilakukan dengan menggunakan knapsack sprayer/ Pakailah semprotan punggung yang bertekanan tetap dan nosel polijet untuk mendapatkan hasil semprotan yang rata.
2.
Nama dagang : ALLY 20 WDG
Nama Bahan Aktif dan Kandungannya Metil metsulfuron 20 %
Jenis formulasi Padat 20 WDG
Translokasi Sistemik
Selektivitas Non Selektif
Waktu Aplikasi Pra Tumbuh
Tanaman Sasaran Karet dan Kelapa sawit. Gulma Sasaran dan Dosisnya Gulma berdaun lebar (Borreria latifora) 100-200 gr/ha
volume semprot 400 l/ha
Mekanisme Kerja Herbisida yang cara kerjanya ditranslokasikan ke seluruh tubuh atau bagian jaringan gulma, mulai dari daun sampai keperakaran atau sebaliknya.
Nama Bahan Aktif dan Kandungannya Metil metsulfuron 20 %
Jenis formulasi Padat 20 WDG
Translokasi Sistemik
Selektivitas Non Selektif
Waktu Aplikasi Pra Tumbuh
Tanaman Sasaran Karet dan Kelapa sawit. Gulma Sasaran dan Dosisnya Gulma berdaun lebar (Borreria latifora) 100-200 gr/ha
volume semprot 400 l/ha
Mekanisme Kerja Herbisida yang cara kerjanya ditranslokasikan ke seluruh tubuh atau bagian jaringan gulma, mulai dari daun sampai keperakaran atau sebaliknya.
3.
Nama dagang herbisida : FENOMIN
Nama Bahan Aktif dan Kandungannya 2.4 – D Dimetil Amina 865 gr/l
Jenis formulasi 865 SL, bewarana coklat muda (cair)
Translokasi Sistemik
Selektivitas Selektif
Waktu Aplikasi Pasca Tumbuh
Tanaman Sasaran Padi Sawah
Gulma Sasaran dan Dosisnya Teki (Fimbristyllis milaceae) dengan dosis 1.0-1.5 l/ha, Scirpus juncoides dengan dosis 1.5 l/ha
Mekanisme Kerja Herbisida yang cara kerjanya ditranslokasikan ke seluruh tubuh atau bagian jaringan gulma, mulai dari daun sampai keperakaran atau sebaliknya
Nama Bahan Aktif dan Kandungannya 2.4 – D Dimetil Amina 865 gr/l
Jenis formulasi 865 SL, bewarana coklat muda (cair)
Translokasi Sistemik
Selektivitas Selektif
Waktu Aplikasi Pasca Tumbuh
Tanaman Sasaran Padi Sawah
Gulma Sasaran dan Dosisnya Teki (Fimbristyllis milaceae) dengan dosis 1.0-1.5 l/ha, Scirpus juncoides dengan dosis 1.5 l/ha
Mekanisme Kerja Herbisida yang cara kerjanya ditranslokasikan ke seluruh tubuh atau bagian jaringan gulma, mulai dari daun sampai keperakaran atau sebaliknya
4)
3 jenis rotentisida
1.
Rattropik
Merupakan Pestisida Rodent Control yang banyak digunakan sebagai umpan pengendali hama tikus yang sangat merugikan disekitar lingkungan kita, baik di pemukiman maupun di gudang penyimpanan barang/ komoditas, serta perkebunan.
Rattropik adalah racun tikus tropis yang dibuat khusus untuk daerah tropis seperti negara kita Indonesia.
Merupakan Pestisida Rodent Control yang banyak digunakan sebagai umpan pengendali hama tikus yang sangat merugikan disekitar lingkungan kita, baik di pemukiman maupun di gudang penyimpanan barang/ komoditas, serta perkebunan.
Rattropik adalah racun tikus tropis yang dibuat khusus untuk daerah tropis seperti negara kita Indonesia.
·
Keunggulan: Rodentisida ini memiliki efek racun yang ampuh terhadap hama
sasaran, tidak berbau, serta ramah lingkungan & harga yang ekonomis.
![]() |
|
2. Klerat
Merupakan Pestisida Rodent Control yang banyak digunakan sebagai umpan pengendali hama tikus yang sangat merugikan disekitar lingkungan kita, baik di pemukiman maupun di gudang penyimpanan barang.
Keunggulan: Rodentisida ini memiliki efek racun yang ampuh terhadap hama sasaran, tidak berbau, serta ramah lingkungan.
![]() |
|
3. Rodex
Merupakan Pestisida Rodent Control yang banyak digunakan sebagai umpan pengendali hama tikus yang sangat merugikan disekitar lingkungan kita, baik di pemukiman maupun di gudang penyimpanan barang.
Keunggulan: Rodentisida ini memiliki efek racun yang ampuh terhadap hama
sasaran, tidak berbau, serta ramah lingkungan.
![]() |
|
5, 2 jenis fumigan
1.Phostoxin
Phostoxin
56 Tb ( Obat Hama Gudang Fumigasi) Small Flask & Medium Flask
Phostoxin 56 Tb :
Phostoxin 56 Tb :
Adalah
Fumigan Berbentuk Tablet Bundar ( Round Tablet) Berbahan Aktif Aluminium
Phosphide 56 % , Praktis Dan Mudah Digunakan Untuk Mengendalikan Hama Ditempat
Penyimpanan.
Bahan
Aktif Alp 56 % , Bentuk Round Tablet, Kemasan 334 Tablet Dan 100 Tablet Per
Kaleng.
Kemasan
: Kaleng
Pabrikan
: Detia Degesch
Dr.-Werner - Freybergh-Strabe 11, Laudenbach/ German
Keunggulan
:
-
Sangat Efektif Mengendalikan Hama Di Gudang.
-
Mematikan Seluruh Stadia Hama
-
Atasi Hama Yang Berada Dalam Kemasan
-
Residu Tidak Mengkontaminasi
Komiditi
- Tidak Meninggalkan Aroma Atau Menambah Rasa
- Tidak Meninggalkan Aroma Atau Menambah Rasa
-
Tidak Merusak Ozon.
Dosis
Recomendasi ( Ph3) :
Silo
...................2-5Gr/ Ton( M3)
Gudang
Biasa ....3-6Gr/ Ton( M3)
Ruangan,
Tumpukan, Kontainer....1, 5-2Gr/ Ton( M3)
Tembakau....1Gr/
M3
Waktu
Aerasi :
Waktu
Minimun Adalah 3-6 Jam, Kecuali Untuk Tembakau, Pakan Ternak Dan Makanan Yang
Diproses Adalah 48 Jam Sampai Konsentrasi Batas Yang Diperbolehkan.
2.
Toxphos 56 Tb
Toxphos 56 TB
merupakan racun pernafasan berbentuk tablet bundar yang dapat mengendalikan
hama gudang seperti Laemoplosus sp, Sitophilus sp, Tribolium sp., Rhizoperta sp
dll. Bahan aktifnya yaitu aluminium fosfida 56%.
Keunggulan:
1, Sangat efektif mengendalikan seluruh stadia serangga hama gudang mulai
dari telur, larva, pupa sampai dewasa pada komoditi hasil pertanian (beras,
jagung, biji-bijian, kacang-kacangan, biji kopi) tembakau, kapas dll.
2. tidak merusak lapisan ozon
3. Residu sangat rendah dan tidak mengkontaminasi produk
4. tidak mempengaruhi rasa atau aroma komoditi.
5. Dapat diaplikasikan di gudang, silo, barang yang dikemas, kontainer,
kapal, dll.
4.2. Praktikum kedua
1. Hasil
a. air + tepung → percampurannya lama
b. air +
detergen → percampurannya cepat
c. air + kopi → diam
tidak tercampur
d. air + kopi, gula →
cepat tercampur
e. air + debu basar →
cepat tercampur
f. air + debu detergen →
cepat tercampur
g. air + debu kering →
diam (lama tercampur)
h. air + minyak →
terpisah ( minyak diatas, air di bawah)
j. air + surfaktan twin
80 → tercampur berwarna putih
2. Pembahasan
Surfaktan
adalah zat yang dapat mengaktifkan permukaan, karena cenderung untuk
terkonsentrasi pada permukaan (antar muka), atau zat yang dapat menaik dan
menurunkan tegangan permukaan.
Penambahan
surfaktan dalam larutan akan menyebabkan turunnya tegangan permukaan larutan.
Setelah mencapai konsentrasi tertentu, tegangan permukaan akan konstan walaupun
konsentrasi surfaktan ditingkatkan. Bila surfaktan ditambahkan melebihi
konsentrasi ini maka surfaktan mengagregasi membentuk misel. Konsentrasi
terbentuknya misel ini disebut Critical Micelle Concentration (CMC).
Tegangan permukaan akan menurun hingga CMC tercapai. Setelah CMC tercapai,
tegangan permukaan akan konstan yang menunjukkan bahwa antar muka menjadi jenuh
dan terbentuk misel yang berada dalam keseimbangan dinamis dengan monomernya
(Genaro, 1990).
Salah satu sifat penting dari
surfaktan adalah kemampuan untuk meningkatkankalarutan bahan yang tidak larut
atau sedikit larut dalam medium dispersi. Surfaktan pada konsentrasi rendah,
menurunkan tegangan permukaan dan menaikkan laju kelarutan obat(Martinet al.,
1993). Sedangkan pada kadar yang lebih tinggi surfaktan akan berkumpul
membentuk agregat yang disebut misel (Shargelet al.,1999)
Percampuran antar air dan beberapa
zat tersebut berhubungan dengan zat pernispersi dan terdispesi pada koloid.
Zat terdispersi
berdasarkan ukuran partikelnya, system dispersi dibedakan menjadi tiga
kelompok, yaitu larutan, koloid, dan suspensi.
1.
Suspensi,
merupakan sistem dispersi dengan partikel yang berukuran relatif besar
tersebar merta di dalam medium pendispersinya. Pada umumnya
sistem dispersi merupakan campuran yang heterogen. Fase terdispersinya adalah tanah dan pasir, medium
pendispersinya adalah air. Jadi, suspensi (atau yang disebut juga dispersi
kasar) merupakan jenis campuran dengan partikel terdispersi yang berukuran
relatif besar tersebar dalam medium pendispersinya.
Ukuran dari partikel suspensi paling besar dibandingkan
dengan jenis campura yang lain, yaitu lebih besar dari 100 nm. Oleh karena itu,
partikel suspensi dapat dilihat dengan mata telanjang. Suspensi merupakan
campuran yang heterogen dan tidak stabil. Jika suspensi didiamkan selama
beberapa waktu, partikel- partikel suspensi akan mengendap karena pengaruh
gravitasi sehigga dapat dipisahkan dengan mudah. Kecepatan pengendapan
bergantung dari ukuran partikel suspensi. Semakin besar ukuran partikel, pengendapan
berlangsung lebih cepat.
Larutan,
merupakan system dispersi yang ukuran partikel-pertikelnya sangat kecil,
sehingga tidak dapat dibedakan (diamati) antara partikel pendispersi dengan
partikel terdispersi walaupun menggunkaan mikroskop ultra.
Gula atau garam dan air akan membentuk campuran yang homogen
dan stabil dimana gula atau garam tersebar secara merata dalam air. Campuran
yang homogen inilah yang disebut sebagai larutan (atau yang sering disebut
larutan sejati).
Dalam larutan, fase terdispersi dan medium pendispersinya
biasa dikenal dengan solute dan solven. Jadi, gula dan garam merupakan solute,
sedangkan air adalah solvennya. Partikel- partikel dalam larutan baik solute
maupun solven berupa atom, ion- ion atau molekul dengan ukuran yang sangat
kecil, lebih kecil dari 1 nm (1 nm = 10-9 m). Dari ketiga jenis
campuran, ukuran dari partikel larutan yang paling kecil sehingga tidak dapat
dilihat dengan mata telanjang bahkan menggunakan mikroskop dengan tingkat
pembesaran yang tinggi (mikroskop ultra). Oleh karena sifatnya yang homogen dan
stabil, larutan tidak akan mengendap walaupun didiamkan untuk waktu yang lama
sehingga tidak dapat dipisahkan.
·
Pada
air percampram air dengan minya, air tidak mau menyatu dengan minya, minyak
diatas dan air dibawah, hal tersebut terjadi karena masa jenis air lebih besar
dibandingakan dengan minyak, sehingga air lebih tenggelam atau berada dibawah
dibandingakan dengan minyak
·
Pada
surfaktan terjadi percampuran air sehingga larutan menjadi warna putih karena surfaktan (surface active agent) adalah suatu zat
aktif permukaan yang memiliki sifat yang berbeda pada kedua ujungnya. Ujung
yang satu bersifat hidrofobik sedangkan ujung yang lain bersifat hidrofilik.
Sifat inilah yang membuat surfaktan dapat menyatukan minyak dan air dengan cara
menurunkan tegangan antarmuka dari air dan minyak sehingga air dan minyak
membentuk suatu emulsi. Oleh karena itu, surfaktan disebut juga sebagai emulsifier.
·
Pada saat air diletakkan pada daun
talas, daun talas tidak terbasahi karena pada daun talas terdapat lapisan lilin yang
menghambat masuknya air ke dalam organ daun talas. Sedangkan pada saat air
dicampurkan dengan surfaktan terlebih dahulu maka terjadi suatu proses
pembasahan saat diletakkan pada daunt alas. Lapisan daun lilin talas menjadi
rusak sehingga larutan air dan surfaktan tersebut dapat membasahi daun talas.
Sifat
– sifat khusus surfaktan adalah :
- Pembasahan = Perubahan dalam tegangan permukaan yang menyertai proses pembasahan dinyatakan oleh Hukum Dupre.
2. Daya Busa = Busa ialah dispersi gas
dalam cairan dan zat aktif permukaan memperkecil tegangan antarmuka, sehingga
busa akan stabil, jadi surfaktant mempunyai daya busa.
3. Daya Emulsi = Emulsi adalah suspensi
partikel cairan dalam fasa cairan yang lain, yang tidak saling melarutkan. Sama
hanya dengan pembasahan, maka surfaktant akan menurunkan tegangan antarmuka,
sehingga terjadi emulsi yang stabil
·
Fungsi surfaktan
Surfaktan digunakan sebagai bahan pembersih
coontohnya detergen, sabun, shampoo. Surfaktan juga dikembangkan dalam pembuatan
obat dan kosmetik. Contoh obat yang mempunyai prinsip kerja seperti surfaktan
adalah obat pencahar , sedangkan contoh kosmetik yang mempunyai prinsip kerja
seperti surfaktan adalah pembersih muka. Pada pembersih muka, minyak-minyak
yang ada di kulit muka akan bersentuhan dengan ujung hidrofob pada sabun
sedangkan ujung hidrofil sabun akan bersentuhan dengan air, akibatnya minyak
pada kulit muka akan ditarik oleh sabun tersebut sehingga kulit muka akan
terbebas dari minyak. Selain itu, fungsi surfaktan sebagai pengemulsi pun telah
diaplikasikan dalam bidang pangan.
fungsi surfaktan sebagai pengemulsi dalam bidang
pangan yang dapat meningkatkan kualitas dari produk pangan tersebut. Penambahan
emulsifier dalam produksi pangan
dapat meningkatkan kualitas dari makanan. Contoh aplikasi penggunaan zat
pengemulsi dalam bidang pangan adalah pada pembuatan roti, es krim, permen,
susu dan margarin. Adonan roti yang ditambahkan zat pengemulsi akan
menghasilkan roti yang mengembang, lunak dan bertekstur halus. Zat pengemulsi
yang ditambahkan ke dalam adonan es krim akan membuat es krim tersebut
bertekstur halus dan tidak membentuk kristal-kristal es yang kasar. Selain
contoh-contoh makanan diatas yang kualitasnya meningkat setelah ditambahkan zat
pengemulsi, surfaktan atau emulsifier
ini dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kelarutan suatu produk kopi serbuk dalam air dingin. Biasanya
kopi serbuk akan larut apabila dilarutkan dalam air panas, namun ternyata
dengan ditambahkan zat pengemulsi ini, serbuk kopi tersebut dapat larut dalam
air dingin sekalipun.
Berdasarkan
fakta di atas, ternyata surfaktan mempunyai banyak peranan yang menguntungkan
untuk kehidupan sehari-hari, seperti untuk bahan pembersih, pembuatan obat,
kosmetik, dan meningkatkan kualitas pangan.
4.3.
Praktikum Ketiga
·
Hasil
:
o
Air
kapur : mempunyai PH
13
o
Air
got : mempunyai PH
8
o
Air
sumur : mempunyai PH
6-7
o
Air
pam : mempunyai PH 9
o
Air
suling : mempunyai PH 7
o
Air
fungisida : mempunyai PH 7
o
Air
insektisida : mempunyai PH 1
o
Atonik
( ZPT ) : mempunyai PH 9
·
Pembahasan
:
Berdasarkan sifat keasaman suatu
larutan, maka larutan dapat digolongkan kedalam : larutan yang bersifat asam,
basa dan netral. Sebagai cara yang digunakan untuk menyatakan derajat keasaman,
digunakan satuan PH yang sebetulnya adalah nilai logaritma dari konsentrasi ion
hidrogen. Nilai PH berkisar antara 0 -14. Larutan yang mempunyai PH 0 - <7
adalah bersifat asam, >7 – 14 adalah bersifat basa, sedangkan kalau tepat 7
dinamakan netral. Apabila salah dalam mencampur pestisida dengan pestisida lain
maka akan dapat menimbulkan toksisitas atau keracunan pada tanaman. Berdasarkan
sifat kompatibilitasnya kadang-kadang pestisida dapat dicampur dengan pestisida
lain yang bersifat asam atau basa. Hal ini bearti bahwa pestisida asam boleh
dicampur dengan netral, atau pestisida basa dengan netral , tetapi tidak boleh
pestisida asam dicampur dengan basa. Apabila sifat asam dan basa dicampur maka
akan menimbulkan reaksi yang akan menimbulkan keracunan pada tanaman, sehingga
tanaman dapat mati.
4.4.
Praktikum pestisida
·
Hasil
:
Ikan – ikan yang berada di dalam
aqua mulai mabuk atau stress, terlihat gerakan ikan – ikan mulai bingung.
Kemudian semakin lama gerakan ikan – ikan semakin ganas dan lincah, ikan juga
terlihat melompat-lompat. Lama – kelamaan tenaga ikan mulai habis dan melemas.
Tepat 8 menit ikan mati.
·
Pembahasan
Rotenon merupakan senyawa kimia
bersifat insektisida yang diekstrak dari tanaman akar tuba (Derris eliptica
& Derris maccensis). Sejak lama perasan akar tuba digunakan untuk meracuni
ikan. Rotenon efektif untuk mengendalikan berbagai serangga hama, termasuk
aphids, thrips, tungau, semut merah, dan sebagainya. Bila diaplikasikan ke air
mampu mengendalikan larva nyamuk. Juga digunakan untuk mengendalikan
ekto-parasit ternak (bidang peternakan) dan di bidang perikanan digunakan untuk
mengendalikan ikan buas. Di bidang pertanian digunakan pada tanaman hias dan
sayuran. Rotenon bekerja sebagai penghambat transport elektron pada respirasi
serangga sasaran . Bersifat non-sistemik, racun kontak dan racun lambung.
Rotenon beracun bagi ikan, dan sangat beracun bagi babi.
4.5.
Praktikum Kelima
·
Hasil
No
|
Hari/tanggal
|
Hasil
|
Hidup
|
Mati
|
1
|
Senin, 17 Nopember
|
144
|
25
|
119
|
2
|
Selasa, 18 Nopember
|
63
|
10
|
53
|
3
|
Rabu, 19 Nopember
|
53
|
12
|
41
|
4
|
Kamis, 20 Nopember
|
48
|
17
|
31
|
5
|
Jumat, 21 Nopember
|
55
|
30
|
25
|
6
|
Sabtu, 22 November
|
50
|
15
|
35
|
7
|
Minggu, 23 Nopember
|
23
|
18
|
5
|
8
|
Senin, 24 Nopember
|
19
|
15
|
4
|
9
|
Selasa, 25 Nopember
|
16
|
14
|
2
|
10
|
Rabu, 26 Nopember
|
23
|
22
|
1
|
·
Pembahasan
Atraktan
dapat digunakan untuk mengendalikan hama lalat buah dalam tiga cara, yaitu:
mendeteksi atau memonitor populasi lalat buah, menarik lalat buah untuk
kemudian dibunuh dengan perangkap, serta mengacaukan lalat buah dalam
perkawinan, berkumpul, dan cara makan. Atraktan nabati dapat di peroleh dari
tanaman yang mengandung bahan aktif yang bersifat paraferomon (sex feromon),
senyawa (bahan aktif) yang memiliki aroma yang sama dihasilkan oleh serangga
betina sehingga mampu menarik serangga jantan untuk datang.
Penggunaan
atraktan dengan menggunakan bahan petrogenol merupakan cara pengendalian yang
ramah lingkungan dan telah terbukti efektif. (Kardinan, 2003). Atraktan bisa
berupa bahan kimia yang dikenal dengan semio chemicals. Semio chemicals dapat
mempengaruhi tingkah laku serangga, seperti mencari makanan, peletakkan telur,
hubungan seksual dan lainnya. Salah satu dari semio chemicals adalah
kairomones. Sejenis kairomones yang dapat merangsang olfactory (alat sensor)
serangga adalah petrogenol, yang merupakan atraktan lalat buah.
Penggunaan
atraktan merupakan cara pengendalian hama lalat buah yang ramah lingkungan,
karena baik komoditas yang dilindungi maupun lingkungannya tidak terkontaminasi
oleh atraktan. Selain itu atraktan ini tidak membunuh serangga bukan sasaran
(serangga berguna seperti lebah madu, serangga penyerbuk atau musuh alami
hama), karena bersifat spesifik, yaitu hanya dapat menagkap hama lalat buah,
sehingga tidak ada risiko atau dampak negatif dari penggunaannya.
Hama lalat
buah (Bactrocera sp.) merupakan hama utama buah. Inangnya banyak yaitu
mangga, jambu air, jambu biji, cabai, papaya, nangka, jeruk, melon, ketimun,
tomat, alpukat, pisang dan belimbing. Kerugian yang ditimbulkan dapat secara
kuantitatif maupun kualitatif. Kerugian kuantitatif yaitu berkurangnya produksi
buah sebagai akibat rontoknya buah yang terserang sewaktu buah masih muda
ataupun buah yang rusak serta busuk yang tidak laku dijual. Kualitatif yaitu
buah yang cacat berupa bercak, busuk berlubang dan berulat yang akhirnya kurang
diminati konsumen. Kerusakan buah dapat mencapai 100% jika tidak dilakukan
pengendalian secara tepat. Penggunaan petrogenol sebagai umpan beracun
(insektisida) telah diuji penggunaannya. Senyawa pemikat yaitu petrogenol mudah
didapatkan di pasaran. Petrogenol dalam kemasan kecil (5 cc) di pasaran dijual
seharga RP. 5.500. Senyawa pemikat (sex pheromone) bekerja sebagai penghubung
antara individu jantan dan individu betina sehingga keduanya dapat menjalankan
perilaku kawin dan kopulasi. Metil eugenol dikonsumsi oleh lalat jantan, kemudian
di dalam tubuhnya diproses untuk menghasilkan sex pheromone yang
diperlukan untuk menarik lalat betina (HEE dan TAN, 2001).
Keefektifan
petrogenol bergantung pada kondisi peletakan perangkap, semakin ternaungi sinar
matahari semakin tahan lama dan sebaliknya semakin terbuka terhadap sinar
matahari maka semakin cepat habisnya. Kandungan petrogenol mencapai puncaknya
pada pagi hari, dan mulai menurun siang hari. Makin lama kandungan senyawa
petrogenol makin menipis karena terbawa angina dan menguap bersama dengan
udara. Hal tersebut memang benat tetapi pada pengamatan yang di lakukan selama
10 hari menunjukkan hasil yang tidak tentu serangga yang terperangkap. Ketidak
tentuan itu lebih karena di sebabkan oleh keadaan lingkungan yang pada saat itu
hujan turun tidak tentu waktunya. Setelah Hujan reda lalat akan keluar dari
sarangnya dan mencium bau petrogenol sehingga terperangkap kedalam jebakan yang
telah di buat.
BABV
PENUTUP
5.1.
Kesimpulan
1.
Ada 3 macam formulasi yaitu :
a. Formulasi
Padat : Wettable Powder (WP), Soluble Powder (SP), Butiran atau Granule (G),
Water Dispersible Granule (WG atau WDG), Soluble Granule (SG), Tepung Hembus, Umpan
atau Bait (B), Tablet, dan Padat lingkar.
b. Formulasi
Cair : Emulsifiable Concentrate atau Emulsible Concentrate (EC), Water Soluble
Concentrate (WCS), Aquaeous Solution (AS), Soluble Liquid (SL), Ultra Low
Volume (ULV), Pekatan dalam minyak (Oil concrentrat), Formulasi aerosol. Bentuk
cair yang mudah menguap (liquefied gases).
c. Formulasi
gas
2.
Surfaktan mempunyai banyak peranan yang
menguntungkan untuk kehidupan sehari-hari, seperti untuk bahan pembersih,
pembuatan obat, kosmetik, dan meningkatkan kualitas pangan.
3.
Pestisida
asam boleh dicampur dengan netral, atau pestisida basa dengan netral , tetapi tidak
boleh pestisida asam dicampur dengan basa. Apabila sifat asam dan basa dicampur
maka akan menimbulkan reaksi yang akan menimbulkan keracunan pada tanaman,
sehingga tanaman dapat mati.
4.
Rotenon
bekerja sebagai penghambat transport elektron pada respirasi serangga sasaran .
Bersifat non-sistemik, racun kontak dan racun lambung. Rotenon beracun bagi
ikan, dan sangat beracun bagi babi.
5.
Keefektifan
petrogenol bergantung pada kondisi peletakan perangkap, semakin ternaungi sinar
matahari semakin tahan lama dan sebaliknya semakin terbuka terhadap sinar
matahari maka semakin cepat habisnya.
DAFTAR
PUSTAKA